8 April 2012

Cerpen Cinta (My Winner)


Aku terpaku memperhatikan layar  kaca dihadapanku. Begitupun kedua orang tuaku. Mereka ikut terpaku sepertiku. Yupz.. kami sedang menonton acara favorit kami apalagi kalo bukan motor GP. Aku terus memperhatikan gerak-gerik salah satu pembalap dari sekian banyaknya pembalap disana. Ia menjalankan motornya dengan kecepatan tinggi. Ia lewati satu persatu pembalap disana. Garis finish hampir dilewatinya. Keteganganku semakin memuncak ketika kulihat sipembalap itu hanya tinggal menyalip satu lawannya. Daaaannnnn…. Yuhuuui!! Ia berhassil sampai kegaris finish lebih dulu dari yang lain. Lagi-lagi ia memenangkan champion ini.
                “Yuhuuu! Yes!” aku berjingkrak senang. Begitupun dengan kedua orang tuaku, mereka ikut senang.
                “selamat ya sayang..” mama menciumku. “mama ikut seneng, akhirnya Novalmu menang lagi.” Ucapnya memberiku selamat.
                Aku tersenyum. “makasih ya mam. Siapa dulu dong…. Novalnya Gia.” Ujarku membanggakan Noval.
                “yayaya, Gia, kamu memang tidak salah memilih calon suami.” Puji papa padaku.
                “ah, papa bisa aja.” Aku tersenyum malu.
                Yupz! Siapa lagi calon suamiku kalo bukan Andreanov Alvienra. Seorang pembalap terkenal yang selalu menyandang juara dalam liga championnya. Selain keahliannya dalam dunia balap-membalap, banyak orang yang juga terbius karena ketampanannya. Aku bangga sebagai tunangannya. Bagiku ia kaya dalam segala hal baik itu materi, fisik, dan hati. Namun yang paling aku suka darinya adalah kekayaan hatinya. Noval tak pernah sombong dengan kemenangan yang selalu ia raih. Ia selalu bilang, semua kemenangan itu bukan semata-mata karena kemampuannya tapi juga karena Tuhan dan dukungan dari orang-orang terdekatnya. Itu yang membuatku semakin terpikat padanya. Perfect!
                Kuangkat gagang telepon rumah dan mulai menekan beberapa digit nomor. Tuuut, tuuut… terdengar bunyi sambungan pada nomor yang dituju. Beberapa saat aku menunggu belum ada jawaban.
                “halo yank?” terdengar jawaban dari seberang sana.
                “selamat ya, sayang! Aku seneng kamu menang lagi.” Sahutku langsung memberinya selamat. “kapan kamu balik ke Indonesia? Aku udah kangen niih..” timpalku manja.
                “iya iya.. nanti sore juga aku udah terbang kesana. Sabar ya, yank. Aku pasti pulang kok.”
                “ok! I will wait you my winner.”
                “thanks, love you.”
                “love you too. See you tomorrow.”
                “see you honey.”
                Kuletakan kembali gagang telepon pada tempatnya. Aku tersenyum. Semoga besok benar-benar  hari yang indah.  Harapku membatin. Kemudian kulangkahkan kaki menuju kedapur. Aku sibuk mempersiapkan menu untuk menyambut kedatangan Noval besok. Hmm, aku akan membuatkannya his favorit food.
*****

                Kudengar bel rumahku berbunyi. Aku bergegas menuju ke ruang tamu untuk membuka pintu. Aku yakin, itu pasti Noval. Kupercepat langkah kakiku. Sesampainya di ruang tamu dengan segera kubuka pintu.
                “how are you?” ujarnya sembari tersenyum padaku.
                Kubalas senyumnya dengan senyum termanisku. “fine.” Jawabku kemudian Segera ku salami punggung tangannya. “masuk, aku udah masakin makanan kesukaan kamu tuh, special for you.” Tambahku sambil menariknya masuk.
                “mom n daddy mana?” Tanya Noval sambil celingak-celinguk mencari yang ia tanyakan.
                “maaaamm, paa! Noval datang niiih....” seruku memanggil kedua orang tuaku.
                Tak lama merekapun menghampiri kami. Noval bergegas mencium punggung tangan kedua orang tuaku. Kamipun berbincang begitu hangat. Noval memang sudah menganggap orang tuaku sebagai orang tuanya. Begitupun dengan orang tuaku. Mereka menganggap Noval seperti anaknya sendiri.
                Seiring perbincangan kami, papa mulai menanyakan kembali perihal keseriusan Noval untuk menikahiku. Dan jawaban Noval benar-benar tidak mengecewakan. Ia malah meminta pernikahan kami semakin dipercepat. Noval menginginkan pernikahan kami dilaksanakan minggu besok. Orang tuakupun langsung menyetujuinya. Mengenai orang tua Noval, mereka sudah menyerahkan segala keputusannya pada Noval. Kamipun setuju.
                Untuk mempersiapkan pernikahan kami, Noval mengajakku untuk memilih gaun pengantin. Dengan senang hati aku tidak menolaknya. Hari-hari kami semakin sibuk mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan pernikahan kami.
*****

                Waktu berjalan semakin cepat semakin mendekati hari pernikahan kami. Yeah, tiga hari menjelang pernikahanku dengan Noval. Segala macam tradisi adat telah kami laksanakan. Kami saling dipingit satu sama lain. Tak satu orangpun memperbolehkan kami untuk bertemu. Acara seperti ini memang sudah menjadi tradisi keluarga kami. Konon pingitan ini dilakukan agar kedua mempelai dapat saling melepaskan rindunya pada saat hari pernikahannya. Kami hanya bisa menuruti apa kata mereka.
                Terdengar bunyi ringtone hpku, saat terakhir milik ST 12. Nama Noval terpampang jelas dilayar hpku.
                “kenapa yank? Kangen yaa?” godaku ditelepon.
                “em.. emng.. iya,. Yank, aku ditelpon sama managerku.” Ujarnya gugup.
                “kok gugup gitu sih? Emangnya manager kamu bilang apa?” tanyaku mulai serius.
                “final champion di Rusia, so aku harus ke Rusia sore ini juga,.” Sahutnya datar.
                “apa? Sore ini juga? Yank, pernikahan kita kan tinggal tiga hari lagi.” Aku membantah.
                “aku tau, yank. Tapi gimana lagi? Aku bingung. Kalo aku ngga kesana, berarti aku didiskualifikasi dari champion itu. Finalnya besok.”
                Aku terdiam sejenak. “emmm,…, tapi kamu pulang sebelum hari pernikahan kita kan?”
                “iya, akuuu… pasti pulang.” Jawabnya tidak meyakinkan.
                Aku memaksa keluar dari pingitan itu untuk bertemu dengan Noval. Orang tuaku menentang keras untuk bertemu namun aku tetap memaksakan kehendakku. Akhirnya aku diizinkan untuk bertemu dengan Noval setelah kuceritakan tentang rencana keberangkatan Noval ke Rusia.
                Kami bertemu di Bandara. Begitu melihatku, Noval langsung memelukku. Ia menangis. Entah apa yang membuatnya menangis. Tak terasa akupun ikut menitikan air mata. Noval memandangku lekat. Tatapan yang dingin, tidak sehangat biasanya.
                “I will always love you…” ujarnya setelah mencium dahiku.
                “aku bakalan kangen sama kamu. Pokonya kamu harus pulang sebelum hari pernikahan kita.” Kataku sedikit memaksa sambil terisak.
                “ok! Aku janji.” Jawabnya sembari tersenyum. Senyum yang akan membuatku rindu.
                “good luck! Be a winner.” Dukungku memberinya semangat.
                Ia hanya tersenyum. Kemudian pergi. Aku memandangi punggungnya yang semakin menjauh. Kutunggu sampai pesawat berlalu. Tak kuasa kubendung air mata yang sedari tadi mengintip dipelupuk mataku.
*****

                Hari ini adalah final champion motor GP dimana Noval kini bertarung keras untuk memperoleh kembali nobatnya sebagai juara sejati. Aku dan keluargaku kembali terpaku menatap layar kaca dihadapan kami. Tegang, cemas, takut semua bercampur menjadi satu. Seperti biasa Noval kembali melewati  lawannya. Tiga belas lap sudah ia lalui, sekarang hanya tinggal lap terakhir. Semua lawan telah ia lewati, kini ia berada paling depan dari pembalap lainnya. Ia melalui tikungan terakhir mendekati garis finish. Kulihat Noval hanya tinggal beberapa puluh meter dengan garis finish.
                Aku tercekat. Mataku tidak berkedip. Jantungku berhenti berdetak selama beberapa detik. Air mataku tumpah seketika. Entah air mata duka atau bahagia.  Orangtuaku menatapku kemudian mereka mendekapku.
                Noval terjatuh dengan motornya. Ia terlempar hebat hingga melewati garis finish. Semua penonton bersorak entah itu sorakan duka atau kemenangan. Beberapa tim segera menyelamatkan Noval dan segera membawanya kerumah sakit. Noval kembali menjadi juara sejati seiring terlemparnya ia dengan motornya hingga melewati garis finish.
                Aku belum mengeluarkan sepatah katapun. Aku terus memandangi layar kaca sambil terus menitikan air mata. Aku berlari mengambil telepon, kutelepon manager Noval. Ia menjelaskan peristiwa itu.
                “now, we’re take his to the hospital. And we’re on the way to the hospital. I’am..……” jelas managernya yang tiba-tiba gugup. Terdengar suara gemerisik diseberang telepon. Kudengar mereka memanggil-manggil nama Noval.
                “why? Why you call his name like that? Why? What happened with him?” aku terus menanyainya.
                “ang.. mm, he is.. he is.. I’m sorry to hear that, he is…. pass away.”
                “no.. you’re lie…” aku menjerit histeris. “Novaaaal, kamu udah janji mau pulang sebelum hari pernikahan kita. Tapi kenapa kamu ingkari janji kamu?” tangisku meledak.
                Aku tak percaya bahwa pertemuan kami di bandara akan menjadi pertemuan terakhir kami. Dan Aku takan pernah bisa percaya bahwa ungkapan rasa sayangnya di bandara adalah ungkapan rasa sayangnya padaku untuk yang terakhir.  Aku benar-benar tak bisa mempercayai kepergiannya. Noval memang telah memenuhi janjinya untuk menjadi pemenang sejati. Namun ia tak memenuhi janjinya untuk kembali padaku sebelum hari pernikahan kami.
 Jasadnya tiba di Indonesia bersamaan dengan hari yang ia tetapkan untuk pernikahan kami. Kini, aku hanya bisa memandangi wajahnya yang tanpa ekspresi. Diam, dingin seperti es. Aku tak bisa melihatnya tersenyum kembali. Tak ada lagi senyum yang menghangatkan. Tak adalagi nobat my winner, tak ada lagi sang pemenang sejati pemenang hatiku untuk selamanya. Sirna sudah segalanya.
THE END
                                                                                                                                                                                Oleh : Julia Puspitasari (JP)

0 comments:

Post a Comment

Let's Leave a Comment Politely, Friends! ^_^