8 April 2012

Cerpen Remaja (Dia Dia Dia)

 Dia Dia Dia


oleh: Julia Puspitasari
Pagi ini cuaca benar-benar tidak bersahabat. Langit yang mendung ditambah hujan yang lumayan deras. Namun semua itu bukanlah hal yang penting, yang terpenting bagiku sekarang adalah aku harus sampai di sekolah sebelum bel masuk berdering. Kuterobos derasnya hujan dengan deruan motorku yang melesat kencang. Hampir 85km/jam. Jempol kiri ku telah bersiaga di tombol klakson. Sering kali kubunyikan klakson sebagai isyarat agar mereka si pengguna jalan tidak menghalangi jalanku. Egois memang. Yah, apa boleh buat.
Aku tak peduli baju seragamku basah. Namun yang kusayangkan hari ini adalah hari senin. Dimana semua siswa SMA mengenakan seragam putih abu-abu. Dan ini yang menjadikan kekhawatiranku. Ketakutanku kalau-kalau seragam OSIS dan kerudungku terciprati air hujan yang sudah tercampur dengan kotornya aspal. Biasanya truklah yang sering mengibaskan air-air itu hingga seragamku kotor dan sontak membuatku dongkol. Tapi beruntunglah, kali ini aku belum menemui truk.
Aku semakin dengan sekolah. Hanya tinggal  beberapa ratus meter. Ah, sial! Selalu saja seperti ini! Gerutuku dalam hati begitu jalan sudah tertutup oleh palang kereta api. Motorku berhenti persis di belakang palang. Kulihat melalui kaca spionku, motor dan mobil sudah mengantri di belakangku. Aku terus menggerutu dalam hati. Sudah lima menit aku dan pengendara lainnya menunggu. Namun lok keretapun belum juga terlihat dari kejauhan. Kekesalanku semakin membuncah. Aduuuuh! 3 menit lagi bel! Ujarku lirih sambil menatap arlojiku. Senin, piket, upacara, seragam basah, telat, fisika pula. Ah! Aku benci hari senin. Semua itu menjadi sumber kegelisahanku. Terdengar suara klakson kereta yang begitu memekakkan telinga. Fiuh! Aku menghambuskan napas lega. Ku deru motorku secepat mungkin ketika kereta berhasil melintas dari hadapanku.
Aku hampir sampai. Tinggal 100 m. Ku tengkep rem tiba-tiba. Suara decitan rem begitu jernih di pendengaran. Sebuah motor hendak menyebrang dari arah kiriku ketika aku melaju kencang. Untunglah aku segera mengerem motorku. Jantungku berdetak cepat. Antara kaget, takut, kesal. Semua membuncah menjadi satu. Aku meringis ingin segera ku maki pengendara motor itu.
“woi! liat-liat dulu dong kalo mau nyebrang!” aku bersungut-sungut memaki dengan menaikkan satu alisku.
Kulihat pengendara itu terdiam sejenak. Entah sedang menyusun kata-kata untuk balik memakiku atau mentertawaiku. Entahlah! Wajahnya juga tertutup kaca helm. Yang kulihat hanya perawakannya yang seperti laki-laki.  Ia buka kaca helm yang menutupi wajahnya. Aku terpaku seketika. Ternyata, pengendara itu memang laki-laki. Warna kulit sawo matang tapi manis.
“eh, ade kecil! Yang salah itu siapa? Kan gue udah pake righting. Loe aja yang buru-buru ngga jelas sampe ngga liat  motor yang dah pake righting mau nyebrang.” Ujarnya balas memaki.
!!!!!????!!!!! wah parah! gue di bilang ade kecil???
Mungkin wajahku merah sekarang. Tapi, gue ngga peduli!  harus tetep ngotot kalo dia salah. Batinku ngotot. “yeee! Situ juga liat dulu dong kalo mau nyebrang. Meskipun udah pake righting tapi kan lo liat ada motor yang ngebut.” Elakku tak mau kalah.
“udah deh, sekarang udah hampir jam tujuh. Mau sekolah kan??? Ntar telat lagi. Udah sana! Gue juga mau kerja” ujarnya malah mengingatkanku.
Oh My God! Aku hampir saja lupa kalo aku harus sampai di sekolah sebelum bel. Untung saja orang itu mengingatkanku.
“iiiih! Bilang aja ngga mau debat!” timpalku sambil kemudian menderu motorku. Padahal aslinya emang gue yang ngga mau debat. Takut kalah debat. Ckck! Aku tersenyum sepanjang jalan.
@_@


Aku terus membayangkan kejadian tadi pagi. Kesal, BT, tapi ada lucunya juga.  Hiihi.. aku terkikik geli sendiri. Walaupun aku sampai di sekolah tepat bersamaan dengan bel berdering ditambah kena semprotan teman-teman karena aku belum piket, yaaah, senin kali ini tak seburuk biasanya. Tapi, itu semua tak mengubah pandanganku tentang hari senin. Aku tetap membenci hari senin.
“Neeeeeng.... Askya!” panggil mama ku tiba-tiba.
“iya, mah...” sahutku masih sambil menompang dagu dan terduduk manis di tempat tidurku.
“bantuin mama di warung yuk?” pinta mama memelas. “mama kerepotan nih, ngelayanin sendiri.”
“em.....” aku berpikir sejenak. “boleh deh, dari pada bengong ngga ada kerjaan.” Jawabku setuju pada permintaan mama.
Yah, beginilah mama. Mama ikut membantu Papa menafkahi keluarga dengan membuka usaha sendiri. Walopun hanya warung makan kecil, tapi hasilnya bisa membantu Papa memberi makan keluarga. Mama memang selalu memintaku untuk membantunya di warung. Padahal itu alasan supaya aku menemaninya. Sekedar teman bicara. Tapi sebagai anak, aku harus mengerti apapun yang diinginkan orang tua. Apalagi mama. Mama adalah inspirator terbesarku untuk meraih cita-citaku.
Aku sibuk membantu mama melayani pembeli. Satu-persatu pembeli mulai membawa bungkusan makanan mereka yang sudah di bayar. Ada juga yang makan di tempat.
“ma, aku ke belakang dulu ya? Kebelet... heee!” ujarku sambil meringis menahan pipis.
“ya udah, sana.” Jawabnya sambil melayani pembeli.
Lima menit kemudian aku keluar dari kamar mandi. Huh, plong. Aku kembali ke depan membantu mama. Warung sepi kembali. Aku dan mama berbincang di tengah panasnya suhu hari ini. Benar-benar gerah. Mama bercerita tentang ditemukannya dompet di meja warung ketika mama membereskan piring-piring yang kotor. Mama tak berani membuka dompet itu. Akhirnya ia putuskan untuk menyimpan dompet itu sampai pemiliknya kembali untuk mengambil dompet itu.
@_@
Aku terus mempermainkan jemariku di atas keypad hp. Aku terus membalasi koment-koment di facebook. Ada seorang komentator yang membuatku benar-benar dongkol. Mungkin niatnya hanya bercanda, tapi itu sama sekali tidak lucu.
Askya C-jutexmaniez
Tuhan, kirimkan aku seseorang yang bisa membimbingku menjadi lebih baik.
6 menit yang lalu.
Suka. Hapus.
Anda, Trias Queen dan 12 lainnya menyukai ini.

Doin Dion Edol
Bkan m’bimbing lebih baik tpi lebih jutexx... cewe jutex mang da yg mau?
4 menit yang lalu.
Suka. Hapus.

Askya C-jutexmaniez
Ih, songong! Kalo jodoh mah g bkl kmna, g pduli jutex taw pa. Kya u cwo baik ja... :-@
2 menit yang lalu
Suka. Hapus.

Doin Dion Edol
Dsar cwe jutex pntr ngmong. Ngtot lg,
1 menit yang lalu.
Suka. Hapus.

Askya C-jutexmaniez
Bodo! Dr pd cwo songong sok pnter!
Baru saja.
Suka. Hapus.

Aku terperanjat begitu melihat mama yang membuka pintu kamarku tiba-tiba. Raut mama tampak cemas. Kemudian ia segera duduk di sampingku. Ia menjelaskan panjang lebar. Masih perihal pemilik dompet yang belum juga mengambil dompetnya. Mama khawatir memegang dompet itu lama-lama. Padahal ini sudah dua hari dari kejadian. Mama memintaku untuk mencari kartu nama di dompet itu dan kemudian menghubungi pemiliknya jika terdapat nomor yang bisa dihubungi.
Kubuka dompet itu perlahan tapi pasti. Aku tak berani mengintip uang yang ada di dalamnya. Aku hanya mencari-cari apa yang di pinta mama. Aku baru menemukan KTP pada lipatan pertama. Namanya Kharisma Andion Putra. Usianya 21 tahun. Ternyata pemiliknya cowok. Hmmh. Kusimpan kembali KTP itu. Kemudian kubuka lipatan kedua. ATM, credit card, bla bla bla.. aku tak berrani melihatnya. Langsung saja kubuka lipatan terakhir. Akhirnya... aku menemukan kartu namanya. Yup, disitu ada nomor hpnya.
“ada Neng?” tanya mama begitu melihatku menemukan kartu nama itu. Aku hanya memperlihatkannya pada mama. “ya udah, langsung telepon aja.”
Aku menggaruk-garuk kepalaku yang tidak gatal. Keraguan muncul di benakku. Dengan malas ku tekan digit demi digit angka yang tertera di kartu nama. Hmh, RBTnya pecinta wanita dari Irwansyah. Lama belum juga ada jawaban. Beberapa detik kemudian kudengar salam dari seberang sana. Suaranya lembut tapi seperti orang pilek. Rasa gerah menghantuiku tiba-tiba. Suhu seperti menaik drastis.
“Wa’alaikumsalam.. eng,, betul ini dengan...” aku berhenti sejenak melihat nama di karu nama itu. Ku ulangi kata-kataku. “betul ini dengan Kharisma Andion Putra?” tanyaku pelan tapi pasti.
“ya betul. Ini siapa trus ada apa ya?”
Gila! Ni orang ngga ngerasa kali dompetnya ilang.. orang kehilangan dompet ko santai gini. “ini.... em... mama saya nemuin dompet...”
“oh.. iya-iya..  makasih, dimana nemuinnya?” sergahnya tiba-tiba memotong pembicaraanku.
“di warung. Langsung aja datang ke warung Saturday jalan Ahmad Yani nomor 45 sebelah kantor polisi.” Ujarku jutek. Aku memang selalu kesal jika seseorang memotong pembicaraanku sebelum aku selesai bicara. Ku matikan sambungannya sebelum orang itu kembali menjawab.
Aku hendak menyimpan kartu nama itu kembali saat kulihat kertas foto menyempil di belakang sebuah kertas bertuliskan I will Always Love You. Aku penasaran. Siapa tau itu foto pemiliknya. Ku urungkan niatku untuk menyimpan kartu nama itu di atas tulisan I will Always Love You.ku ambil foto yang tersembunyi itu di dengan mata mebidik. Sontak mataku terbelalak. Hah? Aku terdiam seketika sambil terus memandangi foto itu. Wajah perempuan yang ada di foto itu seperti aku. Tapi mana mungkin? Aku kan ngga kenal orang ini. Tapi... siapa cewe ini? Ko wajahnya mirip aku sih? Ngga ngga ngga ngga mungkin.. kusimpan kembali foto beserta kartu namanya di dompet.

@_@

Sebuah motor berhenti persis di samping warung mama. Aku dan mama sibuk melayani satu persatu pembeli. Seseorang berseru meminta seporsi somay dan es jeruk. Aku mencoba membuatkannya. Kuantarkan ke meja dimana orang itu memesan. Tapi parahnya aku tidak mengetahui orang yang berada di meja mana yang memesan tadi. Kulihat satu persatu meja sudah terisi oleh pesanan. Hanya ada satu meja yang belum terisi pesanan. Mungkin itu kali. Terkaku mengira-ngira.
Kulihat orang itu sibuk memainkan hpnya. Aku hanya melihat punggungnya. Aku berjalan mendekat hendak menaruh pesanan ini di meja, namun mtaku lagi-lagi terbelalak ketika tak sengaja melihat profil facebook yang sedang ia buka. Yup, itu profil miliknya. Doin Dion Edol. si cowok songong sok pinter itu??
Ku letakan pesanannya dengan kasar. Hingga suara benturan piring dan mejanya membuat orang-orang melihat ke arah kami.
“santai dong mba... loh! lo kan yang waktu hujan naik motor ngebut itu!” dahinya berkernyit persis seperti dahiku yang juga berkernyit. Kami terdiam dan saling pandang.
“oooh, jadi lo! Pantesan gue ngerasa ngga asing sama lo. Lo juga kan yang nama fbnya Doin Dion Edol?” tanyaku nyolot.
“Askya!” bentak mama padaku.
“oo, jadi lo Askya si cewe jutex itu!! Ya ya ya..” ujarnya sambil mengangguk-angguk dengan dahi berkernyit.
“eng... ini nak Haris anaknya Pa Gunadin ya?” tanya mama pada orang itu. Mama tampak senang begitu melihat orang itu.
“ko....” dia tampak berpikir. “tante Dena ya? Ya ampun! Tante yang punya warung ini?” ujarnya semangat.
“syukurlah kamu masih ingat. Kamu kenal Askya anak tante? Ini loh As, yang papa bilang cocok sama kamu.” Mataku melotot selebar mungkin begitu mendengar perkataan mama.
“ini anak tante yang dulu tante ceritain? Ko sifatnya beda sama tante ya? Haha, ia aku kenal tan. Ia kan As?” tanyanya Sok Kenal Sok Dekat. “jadi gini tan, dompetku....”
Begitu mendengar kata dompet, aku langsung berlari mengambil sesuatu di laci. Kemudian memberikannya pada orang itu. “jadi ini dompet lo juga?” tanyaku jutek.
“wah, iya bener!” jawabnya sumringah.
“kenapa foto gue ada di situ?” ujarku sambil berkacak pinggang.
“yee, GR! itu foto mantan gue yang udah meninggal.” Sangkalnya sambil tersenyum menatapku tajam.
??????????!!!!!!!!!!?????????
Si pengendara, Doin Dion Edol, Kharisma Andion Putra, Haris... Harisaaan kali! Ckckck. ternyata satu orang yang aneh, songong, sok pinter pula. Iiihh... jadi, cowo ini juga yang sering papa mama ceritain plus promosiin ke gue??? Boro-boro cocok! Liat mukanya aja bawaannya dah naik darah mulu. Mana gue dimirip-miripin sama mantannya yang udah meninggal lagi!!! Wah... bener-bener parah!! Parah parah parah!
Kini, yang ku bisa hanya geleng-geleng kepala memperhatikan kebetulan-kebetulan aneh yang terjadi. Kesal memang.. tapi mama bilang ini jodoh.  Hah! Tapi, lumayan lah. Sebagian dari dirinya masuk kriteriaku, mungkin hanya sifatnya yang sama sekali tak sesuai dengan kriteriaku.ckck. jadi ikut-ikutan aneh deh gue!
The End                                                                                                                                                                Oleh : Julia Puspitasari


0 comments:

Post a Comment

Let's Leave a Comment Politely, Friends! ^_^