9 April 2012

Cerpan Remaja (The Circle Of Love Part 1 )


The Circle Of Love
Part 1


 Oleh: Julia Puspitasari


Matahari hampir menerobos celah-celah kabut. Suara gaduh mulai merebak di ruang makan. Tapi, Vioni malah asik nongkrong di depan cermin. Ia lirik arlojinya. Sudah jam 7.30. waktunya untuk berangkat ke sekolah. Vioni masih saja duduk manis sambil manyun. Pagi yang menjemukan. Katanya dalam hati. Rasanya malas sekali berangkat sekolah kalo untuk mendengar beribu omelan dari teman-temannya yang ngotot menyuruh Yoni untuk mencari boyfriend. Huft!
“aduh Yoniii.... please deh, lo tuh sekarang dah kelas 2! Angka umur lo juga dah ga kecil lagi. Tapi kenapa sih ampe sekarang lo belum juga cari cowo?” ujar Krisa bersungut-sungut.
Yoni hanya garuk-garuk kepala mendengarnya. Ia hendak menjawab tapi perkataannya selalu saja diterobos oleh ocehan Krisa.
“jangan bilang kalo lo lagi fokus sama UAS??!!”
Yoni nyengir.
“O my God, Yonii... sekali inii aja lo dengerin apa kata kita. Ada waktunya belajar ada juga waktunya mikirin urusan cinta lo.” Jean menambahkan. “Lo mau, temen-temen ngira kalo lo.............”
“eit, apaan sih!??? Gue masih normal kali girls! Udah deh, ngga usah ngomongin masalah cinta di depan gue, Ok!” Yoni ngeloyor pergi.
.......
“Yoniiii....! udah siang! Kamu nanti telat!” seru mama dari ruang makan.
Yoni terkejut dan langsung bergegas ke ruang makan. Semua mata menatap tajam ke arahnya ketika ia duduk di kursi makan. Yoni Cuma bisa nyengir kuda menanggapi tatapan-tatapan itu.
“lo tuh bener-bener ya?! Selaluuu aja bikin gue kesel.” Omel Devan sambil geleng-geleng kepala. “kalo lo kaya gini terus, gue bisa di skors!”
Ini dia nih, sang kakak tercintanya Yoni. Devan Granaditya. Cowok paling cool di SMAnya. Ngga ada yang percaya sama sekali kalo Yoni adiknya Devan. Yah, kalo masalah fisik sih sama-sama cakep. It’s ok lah.. but,  lain halnya sama urusan cinta. Devan si cowok cool yang cewenya di sana-sini udah ngga asing lagi sama yang namanya cinta. Sedangkan Yoni?? Cewe cuek yang suka bikin puisi ini malah susah banget kenal cinta. Apalagi penyebabnya kalo bukan karena sikapnya yang cuek bebek sama cowok?
“loh! Apa hubungannya gue yang telat tapi lo yang di skors?” tanya Yoni berlagak cuek sambil menyantap sarapannya.
“ya jelas ada lah. Gara-gara lo telat, gue jadi ikut telat dodoooll! Udah tiga hari gue telat gara-gara lo. Kalo sekarang gue telat lagi, gue terancam di skors! Kalo kaya gini, image gue bakal turun di depan cewe-cewe.” Tegur Devan meledak-ledak. Duarrrr! Seperti suara ledakan tangki Pertamina Cilacap. Ckck.
“Bi-Ou-Di-Ou... bodo, emang gue pikirin!”  umpatnya sambil berlari ke pelataran rumah menjauhi jitakan kakaknya. “ayo cepetan! Katanya ngga mau telat..”
“heeeuh! Dasar! Kupret!” Devan keki melihat tingkah adik satu-satunya itu.
Mama dan Papa hanya tersenyum sambil geleng-geleng kepala memperhatikan kelakuan anak-anak mereka yang tak pernah akur.
@_@
Yoni menginjakan kakinya di depan kelas setelah menerima omelan dari Mr. Roem-royem yang terkenal dengan omelannya yang dahsyat dan panjang mengalahkan sungai Musi gara-gara keterlambatannya. Ckck. Kini Yoni malah harus bersiap kena omelan teman-temannya juga. Kakinya ragu untuk melangkah ke dalam kelas.
Beuh! Benar saja. Begitu masuk kelas, teman-temannya langsung menyeretnya segera duduk dan mulai membahas kembali problema cintanya yang tak kunjung terpecahkan.
.....
Yoni terus berjalan sambil menyalip orang-orang yang berlalu lalang saat jam istirahat. Krisa dan Jean tertinggal jauh di belakangnya sambil terus mengoceh untuk yang kesekian kalinya. Mereka baru sadar kalo Yoni meninggalkan mereka. Akhirnya yoni tertangkap dan segera di larikan ke tempat lain.
“e` e`h! Mau kemana nih? Gue kan mau ke kantin! Gue laper girls!” kata Yoni sambil memegangi perutnya yang mulai dangdutan.
“udah deh, lo ngikut aja. Ngga ada salahnya lo nyoba.” Sahut Jean yang langsung membuat Yoni meronta ingin melarikan diri. Tapi sayang, tangan Krisa dan Jean terlalu kuat memegangi Yoni.
“kalian mau nyuruh gue ngelakuin hal bodoh kaya kalian?” Yoni terus berusaha melepaskan diri.
“Yonii, lo ngga bakalan percaya kalo lo belum nyoba. Kita juga dulu gitu ya Jean?” Krisa mencoba meyakinkan Yoni. Jean mengangguk. “tapi setelah kita nyoba, ternyata itu bener. Buktinya gue ketemu sama Tony and sekarang gue langgeng sama dia.”
Mereka sampai di taman sekolah. Krisa dan Jean langsung menyeret Yoni untuk berdiri di atas taman rumput yang berbentuk lingkaran. Yonipun berhasil berdiri di dalam lingkaran rumput itu.
“girls! Dengerin gue! Sampe kapanpun gue ngga bakalan percaya sama mitos lingkaran rumput ini! Cinta ngga mungkin datang Cuma karna lingkaran rumput ini. Ini semua bulshit tau ngga?!” Yoni terus berteriak-teriak meyakinkan teman-temannya yang menunggu di luar lingkaran rumput itu.
Yoni hendak keluar dari lingkaran rumput itu tapi teman-temannya berhasil menghalau Yoni hingga terduduk persis di tengah-tengah lingkaran rumput itu.
“dengerin kita juga Yoni, ini bukan lingkaran rumput! Tapi ini lingkaran cinta.” Timpal Jean menjelaskan. “please, kali ini aja. Kita janji deh, abis ini kita ngga bakal nyuruh lo yang macem-macem lagi.”
Yoni berdiri. “ok! Kalo itu mau kalian. Gue bakal buktiin kalo ini tuh Cuma lingkaran rumput biasa, dan bukan lingkaran cinta kaya yang kalian maksud.”
Yoni segera mengikuti apa yang pernah di arahkan oleh temannya itu. Ia harus mengelilingi lima lingkaran rumput yang emang kalo diliat dari atas, susunan dari kelima lingkaran rumput yang berbeda ukuran itu membentuk Love. Yoni segera keluar dari lingkaran rumput itu setelah berhasil mengelilinginya. Ia rasa, ini adalah tindakan yang paling bodoh selama hidupnya. Mitos yang benar-benar ngga masuk akal.
@_@


Ih! Kayaknya temen-temen gue dah gila. Mereka percaya gitu aja sama mitos itu. Padahal itu semua Cuma kebetulan yang berbaur sama sugesti mereka tentang lingkaran cinta konyol itu.  Yoni membatin sambil terus berjalan menuju ruang guru untuk mengumpulkan tugas melukisnya. Mulutnya terus berkomat-kamit membicarakan kelakuan teman-temannya yang aneh.
~~~prak~~~
Hasil lukisannya terjatuh di lantai dan berpadu dengan pop ice coklat hingga memenuhi kanvas yang telah ia lukis. Giginya gemeretak. Tangannya mengepal. Yoni benar-benar marah setelah seseorang yang menenteng ice coklat tak sengaja menabraknya.
“heh! Kalo jalan tuh pake mata!!! punya mata ngga sih lo?” makinya sambil membelalakan kedua matanya.
Orang itu tersenyum sinis. “heh! Dimana-mana jalan ya pake kaki! Bukan pake mata! mikir ngga sih lo? Makanya kalo mikir pake otak, jangan pake dengkul.” Balas orang itu memaki.
“dasar cowok kupret! Bukannya minta maaf malah ngata-ngatain! Liat nih lukisan gue, semuanya ancur gara-gara lo!”
“heh, semprul! Peduli amat.. toh itu bukan lukisan gue. Lagian lo juga ngga hati-hati. Sooo, itu urusan lo ya! Minggir, gue buru-buru.” Sangkalnya sambil ngeloyor pergi tanpa sedikitpun rasa bersalah.
“haissst!! Dasar kupret! Awas lo! Lo harus tanggung jawab atas semua ini.” Ujar Yoni sambil membereskan lukisannya.
@_@

        Ini adalah hari ke tiga setelah Yoni mengelilingi lingkaran rumput itu. Ia masih bersikeras ngga percaya sama mitos burung itu. Ia terus mencari cara untuk membuktikan bahwa mitos lingkaran cinta itu sama sekali tidak benar.
Yoni sibuk mencari-cari novel yang bagus untuk tugas resensinya. satu rak sudah ia melakukan searching. Ya elah, kaya internet aja. Hihi. Petugas perpus sampe heran dibuatnya. Sampai di rak terakhir. Yups! Dapet! Serunya lirih. Judulnya “Love Adventure”. Ia hendak menarik novel itu, namun kalah cepat. Sebuah tangan lebih dulu meraih novel itu. Yoni melirikan matanya secepat kilat.
Dahinya berkernyit. “ya ampun! Lo lagi lo lagi.... sial banget sih gue! Ketemu orang nyebelin kaya lo!!!” Yoni kesal.
“whatever! Terserah lo mau ngomong apa.” Jawab orang itu dingin sambil berjalan menjauhi Yoni.
“heh, kupret! Itu novel gue! Balikin ngga??” ancam Yoni.
“ambil aja sendiri kalo berani!” tantang orang itu.
Yoni berjalan cepat diantara rak-rak buku yang berjejeran. Ia hendak merebut novelnya. Ia menarik kerah belakang seragam orang itu hingga orang itu terpental ke rak buku di sebelahnya. Orang itu gerang. Namun, mereka melihat rak yang tiba-tiba oleng. Yoni menjerit dan segera jongkok sambil melindungi kepalanya dengan kedua tangannya. dannnnnn.......
~~~hyat!!~~~
~bruk~
Orang itu menahan rak buku yang hampir saja menimpa Yoni. Namun tetap saja buku di dalamnya berjatuhan menimpa Yoni. Semua orang di perpus melihat ke arah mereka. Dengan segera petugas perpus langsung mengamankan Yoni dan orang itu.
Ternyata petugas perpus itu adalah Mr. Haryogo guru bahasa Indonesia mereka.
“kalian ini gimana sih? Kalo di perpus ya harus tertib! Eh, ini malah pada berantem sampe rak buku jatoh segala.” Omel Mr. Haryogo lantang. “kamu lagi, Chiko! Harusnya sebagai cowok kamu ngalah sama cewek. Jangan sama-sama ngeyel. Apa sih yang kalian rebutin? Novel?” Yoni dan Chiko diam seribu bahasa. “ya ampun! Masalah novel aja diributin. Kan banyak novel disini! Kenapa harus milih yang sama?!”
“tapi, pak....” sangkal Yoni yang langsung di potong Mr. Haryogo.
“hah, sudah-sudah! Kalian sama saja. Sebagai hukumannya kalian harus membereskan buku-buku yang berjatuhan tadi ke rak seperti semula. Rapi dan sesuai type. Sudah sana bereskan!” titah Mr. Haryogo tegas.
Chiko dan Yoni hanya manyun dan segera membereskan buku-buku itu sambil sibuk saling menyalahkan.
“bener-bener apes gue kalo ketemu lo!” ujar Yoni sambil manyun.
“lo kira, gue juga ngga apes ketemu lo??” kilah Chiko berbalik.
“dasar cowo! Semuanya emang nyebelin! Ih...”
“heh! Ngomong apa lo?”
“semua cowo emang nyebelin kupreeeet...”
Chiko kesal. Ia hendak menimpuk kepala Yoni dengan buku yang sedang ia bereskan. Namun....
“ekhm!!! Cieeeee.....!” goda teman-teman Yoni pada mereka.
Otomatis tangan Chiko mengambang di udara. Ia urungkan niatnya untuk menimpuk Yoni dengan buku. Ia mendengus kesal.
“apaan sih kalian?!” sentak Yoni sewot.
“tuh kan bener apa kata kita. Lo pasti dapet someone yang bakal menjadi seseorang yang special di hati lo.” Kata Krisa semangat.
“heh! Ini mah bukan special namanya... tapi sial! Parah!” Yoni terus mengelak.
“oy! Yang ada gue yang sial ketemu lo! Cewe semprul!”
“dasar kupret.. berani ya, lo ngomong gitu??!” Yoni bangkit dari jongkoknya dan lekas mengejar Chiko sambil terus mengata-ngatai.
Krisa dan Jean tersenyum melihat polah teman mereka. Mereka senang, setidaknya Yoni mulai berurusan dengan cowo walaupun saling benci.
Yoni terus mengejar Chiko hingga keluar perpus. Yoni kehilangan jejak Chiko. Kayaknya, Chiko sembunyi dari kejaran Yoni.
“ah! Sial!” Yoni kesal. Ia nampak terengah-engah. Iapun hendak kembali ke perpus. Namun, saat ia berbalik tiba-tiba..
~jduk~
Cowo terganteng di SMAnya (eit! Tapi bukan Devan loh!) tak sengaja menabrak Yoni yang sontak terduduk di lantai. Yoni tertegun melihat cowo yang selama ini di perbincangkan oleh teman-temannya. Tiga detik kemudian wajahnya kembali muram. Alisnya mulai menegang. Dahinya berkerut.
“gimana sih?!...”
“sorry!” ucap Vito memotong kata-kata Yoni. Ia ulurkan tangannya untuk membantu Yoni berdiri.
Yoni tak menghiraukan bantuan Vito. Ia bergegas berdiri dengan usahanya sendiri. Ia tepuk-tepukkan kedua tangannya untuk membersihkan kotoran yang menempel di telapak tangannya.
“heh! Makanya kalo jalan liat-liat. Jangan mentang-mentang cakep, jalan seenak jidat lo aja.” Omel Yoni kemudian hendak pergi.
“ekhm.” Dehem Vito sambil menarik lengan Yoni.
Langkah Yoni terhenti dan kembali berhadapan dengan Vito sembari melepaskan tangan Vito darinya. Lama Vito diam, memandang tatapan Yoni yang sepertinya tidak ada ketertarikan padanya. Vito tersenyum begitu manis. Senyum yang selalu meluluhkan hati cewe-cewe di sekolahnya.
“maaf, bukannya tadi lo yang balik ngga liat-liat?!” senyumnya masih mengembang,
“tapi kan...”
“op! Ya udah deh, kita damai aja! Toh, kita sama-sama salah kan?! Deal!” Vito kembali menjulurkan tangannya sebagai tanda persetujuan. Namun Yoni tetap saja tak menghiraukannya.
“ih...” Yoni ngeloyor pergi dengan mengabaikan permintaan damai Vito.
Vito heran. Ia berbalik memandangi punggung Yoni yang semakin menjauh. Ia geleng-gelengkan kepalannya. Menurutnya Yoni berbeda dengan cewe kebanyakan. Senyumnya kembali mengembang. Iapun kembali berjalan seperti tujuan awalnya.
@_@

Terik matahari siang itu benar-benar terasa membakar kulit Yoni yang langsat. Ia kipasi dirinya dengan salah satu buku yang ditentengnya. Hari ini ia terpaksa harus naik angkutan umum untuk pulang ke rumahnya. Devan tak bisa pulang dengan Yoni karena ia harus mengantar pulang pacarnya. Yoni tampak BT dengan bau kendaraan yang melintas di hadapannya. Di tambah dengan bis yang belum juga nongol di depan hidungnya.
Lima belas menit sudah ia menunggu. Halte masih ramai oleh siswa lainnya. Yups! Akhirnya bis muncul juga. Yoni gegas berjalan menuju bis itu. Tapi sayang, calon penumpang bis itu juga berjejalan untuk masuk ke bis. Yoni terdorong kesana-kemari. Huft! Alhasil, buku-buku yang ditentengnya tersungkur di atas tanah. Itu membuatnya harus memunguti buku-bukunya dahulu sebelum masuk bis. Namun, bis yang hendak ia tumpangi melesat begitu saja dengan penumpang yang berjejalan. Ia tertinggal. Terdengar suara dengusan napasnya. Kali ini ia benar-benar sendiri di halte sekolah.
Deru motor seperti mendekat ke arahnya dan berhenti persis di hadapannya. Cowo tiger itu mulai membuka kaca helmnya dan tersenyum semanis mungkin. Yeah! Bingo! Ternyata Vito si cowo keren itu.
“kayaknya... bis selanjutnya bakalan lama deh! Mau nebeng?” tawar Vito berbasa-basi,
Lagi-lagi Yoni mengerutkan dahinya. Ih! Bener-bener bukan tipe gue banget deh! Ungkapnya membatin. Belum sempat ia menjawab, matanya langsung tertuju pada cowo V-ixion yang hendak melintas di hadapannya.
“Chiko!” seru Yoni sambil melambaikan tangannya.
Cowo V-ixion itu spontan menghentikan laju motornya. Ia buka kaca helmnya. Aduh! Mampus gue! Gerutunya dalam hati.
“sorry ya! Gue udah punya tebengan lain tuh! Thanks for asking.” Ujar Yoni sambil berlalu dari Vito dan mendekati cowo V-ixion itu yang tak lain adalah Chiko.
“mau ngapain lo manggil-manggil gue?!” tanya Chiko heran.
“ssssssst! Berisik lo. Gue mau nebeng!” jawab Yoni tanpa rasa malu sedikitpun. Iapun bergegas duduk di motor Chiko.
Vito memandangi mereka dengan senyumnya yang masih menghiasi bibirnya. Different! Pikirnya dalam hati.
“e` e`h! Mau ngapain lo?!” tanya Chiko setengah kaget.
“argh! Berisik bawel!” sentak Yoni sambil menjoglo helm yang dikenakan Chiko. “buruan jalan.. ntar gue jelasin!” bisiknya memerintah seperti pada supirnya.
Chikopun melajukan motornya dan melesat jauh dari hadapan Vito. Ada rasa canggung yang menyerbu Chiko. Bukan karena masalah hati, namun karena sikap mereka yang sebelumnya memang tidak akrab sama sekali. Kecanggungan itu justru timbul karena mereka saling membenci satu sama lain. Kini mereka malah berboncengan dan mungkin bisa di bilang sok akrab padahal mah enggak.
“maksud lo apa sih, pake nebeng gue segala? Kita kan beda arah!” tanya Chiko memecah kecanggungan di antara deru mesin motor.
“aduh, eng.. sorry ya! Abis tadi gue kepepet. Gue ogah kalo harus boncengan sama si Vito.”
“kenapa? Si Vito kan cakep, tajir pulaa. Cuma cewe bego yang ngga tertarik sama Vito!”
“jadi, secara ngga langsung, lo ngatain gue bego?”
“ya, itu sih Cuma asumsi gue aja. Secara dia cowo perfect gitu.”
“heh, menurut gue, cowo pefect belum tentu baik. Udah ah, lo niat nganterin gue ngga?”
“oy! Dari awal, gue emang ngga niat ngeboncengin lo! Lo nya aja yang maksa. Gue turunin lo di halte pertigaan depan. Cari bis aja, gue ogah nganterin lo. Lagian kita kan beda arah.”
“huh, dasar pelit!”
Chiko semakin melambatkan laju motornya. Dan berhenti persis di depan halte pertigaan. Ia menunggu Yoni turun dari motornya. Namun, Yoni belum juga mau turun. Yoni malah memperhatikan dua pemuda berwajah sangar yang duduk di halte itu. Seperti preman. Brrr... ia bergidik.
“cepetan... mau turun ngga? Udah sore nih, gue banyak tugas di rumah, semprul!” omel Chiko menyuruh Yoni turun.
Yoni menatap kedua pemuda di halte yang juga menatapnya bengis.
“lo yakin mau nurunin gue disini?” tanya Yoni ragu dengan kening berkerut.
Chiko melihat ekspresi Yoni dari spion motornya. Cemas, takut, mungkin ada di pikiran Yoni.
“ya iya lah. Udah sana, cepetan turun!”
Yonipun akhirnya turun dengan ragu. Duh, meskipun gue benci banget sama si Chiko, tapi kali ini gue bener-bener butuh belas kasihannya. Gue ngga peduli deh dia mau ngatain apa, yang jelas gue berharap dia mau nganterin gue. Duuuh, gue harus gimana kalo si Chiko tetep ngga mau nganterin gue? Trus gimana nasib gue di antara preman-preman ini! Yoni sibuk mengoceh dalam hati.
Kini Yoni benar-benar menginjakan kedua kakinya di halte itu. Ia masih berdiri dekat dengan Chiko yang belum melajukan motornya. Chiko menatap ke arahnya kemudian ia deru motornya dan mulai belok ke pertigaan menuju rumahnya.
Yoni mencoba menjauh dari preman-preman itu. Tapi sepertinya preman-preman itu malah semakin mendekat ke arahnya. Kaki Yoni bergetar hebat. Rasanya berat untuk di bawa jalan. Jantungnya mulai berdegup kencang. Chiko... lo bener-bener tega sama gue! God, please help me!”
Sebuah motor berhenti persis di depan halte. Si pengendara membuka kaca helmnya dan melihat ke arah Yoni yang sedang ketakutan.
“Vioni! Ayo cepet naik! Gue anterin lo pulang!”
Yoni mendongak ke arah pengendara itu. Matanya berbinar. “Chiko! Akhirnya lo balik juga.” Iapun bergegas naik ke motornya Chiko.
Chiko cepat menderu motornya menjauh dari preman-preman itu.
“lo ngga papa kan?” tanyanya sedikit khawatir.
“untung lo balik, coba kalo ngga?! Gue ngga tau deh peristiwa apa yang bakal menimpa gue! Mungkin besoknya gue bakal muncul di koran dengan Headline siswa SMA di rampok dan di mutilasi. Hiii... amit-amit!”
“hust! Ngomong asal nyemplung aja lo. Jangan mikir yang ngga-ngga deh! Yang penting lo sekarang selamat, kan!”
“yeah! Mungkin gue hutang nyawa nih sama cowo kupret kaya lo! Hee... but, thank’s ya?!”
“hmm”
Yoni sampai di depan rumahnya setelah menjadi penunjuk jalan bagi Chiko.  Ia lega karena akhirnya ia tak jadi masuk koran gara-gara peristiwa yang tidak diinginkannya.
“sekali lagi thanks ya! Oh ya! Jangan mentang-mentang lo tau rumah gue, lo jadi pengin main ke rumah gue. Jangan harap deh. Begitu lo main ke rumah, secepat kilat gue bakal ngusir lo dari rumah gue.” Oceh Yoni memperingatkan.
“yeeee! Siapa juga yang mau main ke rumah lo? Ge-eR!”
“yah, bagus deh kalo gitu. Udah sana pergi!” usir Yoni.
“dasar cewe semprul!” Chiko lekas tancap gas dan berlalu dari hadapan Yoni. Apa sih maunya tu cewe? Tadi baik, sekarang balik lagi juteknya. Aneh. Dasar semprul! Chiko terus membatin sepanjang jalan.

@_@

0 comments:

Post a Comment

Let's Leave a Comment Politely, Friends! ^_^