9 April 2012

Cerpan Remaja (The Circle Of Love Part 2)


The Circle Of Love
Part 2 

Oleh: Julia Puspitasari

 ..................................................
Yoni sibuk mengaduk-aduk  jus alpukat yang dipesannya dari ibu kantin sejak sepuluh menit yang lalu. Ingatannya menerawang jauh ke masa lalu.
“Vi, boleh ngga kalo aku nunggu jawaban kamu sampe kamu siap. Bahkan ampe bertahum-tahunpun aku siap, itupun kalo kamu ngasih aku kepastian.” Tanya Indra lembut.
“Aduh, Ndra... gimana ya! Aku belum yakin sama perasaan aku ke kamu. Yaa kalo emang kamu siap nunggu ya terserah. Atau kalo kamu ngga mau nunggupun ngga pa-pa kok..” jawab Vioni sama lembutnya.
Indra bersikeras mau menunggu Vioni sampai Vioni menjawab ya dan mau menjadi pacarnya. Beberapa hari kemudian, Vioni berniat ingin memberi Indra kejutan. Ia akan memberikan jawabannya tepat hari ini. Setelah ia yakin dengan perasaannya, Vioni memutuskan untuk menerima Indra sebagai pacarnya.
Ia sibuk menggerakkan jemarinya di atas keypad hp. Beberapa digit nomor telah ia tekan. Dan.... call!
“sore Vioni! Ada apa nih! Tumben telpon.” Sapa seseorang di seberang sana.
“ennggg... Ndra, aku bakal jawab hari ini!” kata Vioni semangat.
“what? Beneran nih?! Ok deh, apa jawabannya?” tanya Indra penasaran.
“ngga lewat telpon dong. Kalo kamu mau tau jawabannya, kamu harus datang ke taman tempat nongkrong kita. Aku udah tulis jawabannya di kursi taman tempat kita biasa duduk. Aku tunggu di sana sekarang, ok!”
“kenapa ngga sekarang aja sih jawabnya? Di telpon maksudnya.”
“kenapa emangnya? Ngga mau?! Ya udah kalo ngga mau. Aku batalin deh jawabnya.”
“e e et! Iya deh, aku kesana sekarang. Tunggu ya! Tapi jangan marah kalo akau telat.”
“iya, iya... buruan!”
“iya, ni juga lagi pake jaket. O ya, sebelumnya aku pernah bilang kan, kalo aku sayang kamu?!”
“iya, aku udah sering dengernya. Udah cepetan! Lama ih!”
“kenapa sih, ngga sabaran banget deh. Aku lagi nyari kunci motor dulu nih.... mana ya..... yup, ketemu.......!.......”
~~tut tut tut tut tut~~
“halo! Indra? Ndra?” sambungan teleponnya dengan Indra terputus. “hmm, ni orang! Dasar!” omelnya dengan senyum sambil geleng-geleng kepala.
Vioni melirik jam tangannya. sudah dua puluh menit ia menunggu di taman. Tapi Indra belum juga datang. Iapun mencoba menghubungi Indra kembali. Lama tak ada jawaban. Panggilan pertama gagal. Kedua, ketiga, keempat, dan...... berhasil.
“halo Ndra! Kamu dimana sekarang? Ko lama banget! Macet ya?” tanya Vioni semangat.
Lama tak ada suara. Hanya isak tangis seorang perempuan yang terdengar.
“Ndra? Itu siapa?” tanya Vioni curiga.
“Nak, Vioni....” sapa seseorang di seberang sana.
“kok, kaya suara tante Wanda? Ini tante Wanda?” tanya Vioni penasaran.
“iya, ini tante.”
“kenapa tante? Ada apa?”
“Vioni......” tante Wanda diam sejenak. “Indra pergi ninggalin kita..... untuk selamanya.”
Punggung Vioni memanas. Lama ia diam. Wajahnya memerah. Butiran air mata mulai tak sanggup ia bendung. Tubuhnya benar-benar lemas. “I-Indra..” ia menangis terisak. “ke-kenapa tante? Kenapa bisa? Tante becanda kan? Aku baru aja ngomong sama Indra dua puluh menit yang lalu. Ini ngga mungkin tante..” Vioni terduduk di rumput taman dengan punggung bersandar di kursi taman tempat ia dan Indra biasa menghabiskan sore bersama.
“Vioni.... dengerin tante..” tante Wanda ikut terisak. “Indra kena serangan jantung mendadak.”
“ngga, ngga mungkin! Ini semua ngga mungkin tante.” Vioni mulai menangis sejadi-jadinya. Ia berlari dengan tangis menyerta. Ia pergi ke rumah Indra.
Ia sampai di daun pintu. Ia berjalan gontai. Semua orang duduk mengelilingi jasad yang terbaring tanpa nyawa. Vioni menangis semakin jadi. Berjalan dan semakin mendekat dengan wajah yang dingin tanpa senyum lagi. Dengan wajah kaku tanpa ekspresi.
Ia tatap wajah itu. Wajah yang dulu selalu ada di hadapannya sambil menampakan senyum tulusnya. Wajah yang dulu selalu bersinar menghiasi hari-harinya. Wajah yang dulu selalu ceria menghiburnya. Wajah yang selalu menanti jawaban cinta darinya.
Vioni menangis di samping jasad itu. Ia terus memanggil-manggil nama Indra.
“Indra.... kenapa kamu pergi secepat ini? Kenapa? Kamu bilang aku ngga boleh marah kalo kamu telat..... tapi sekarang kamu malah pergi untuk selamanya!!! Aku marah Ndra, aku marah!” isak tangisnya masih terdengar di sela-sela perkataannya. Tante wanda merangkulnya erat. “bahkan kamu belum sempet denger jawaban aku. Kamu belum tau kalo aku juga sayang kamu Ndra... aku sayang kamu,... kenapa kamu pergi??!”
Semenjak itu Vioni terus merasa bersalah. Ia telah memaksa Indra untuk datang ke taman. Padahal kondisi Indra sedang tidak sehat. Ia bahkan belum sempat mengatakan hal yang sama seperti yang selalu Indra katakan pada Vioni, bahwa Vioni juga menyayanginya. Jika ia tahu itu adalah hari terakhir ia berbicara dengan Indra, mungkin ia akan datang sendiri ke rumah Indra dan menghabiskan waktu terakhir Indra bersamanya. Ia merasa telah kehilangan semangat hidupnya. Itulah sebabnya ia belum ingin mencari cowo lain. Ia terlalu takut kecuekkannya hanya akan membuat cowo sakit hati.
Yoni terus mengaduk-aduk jus alpukatnya disertai butiran bening yang menetes di pipinya. Matanya menatap kosong kedepan. Tak peduli banyak orang di kantin, ia tetap merasa sendiri disana.
“jauh... kau pergi me-ning-galkan...  diriku.....” Yoni menyanyi tersendat-sendat sambil terisak.
“disini aku merindukan dirimu...” lanjut seseorang yang langsung duduk di samping Yoni.
“Indra...!” serunya sambil melirik ke arah suara itu. Ia menghela napas. “Vito?!”
“siapa Indra?” tanyanya sambil menyodorkan tisu pada Yoni.
“lo ngga perlu tau..!” jawabnya sambil berlalu pergi tanpa menerima tisu dari Vito.
Ia berjalan terburu-buru di antara orang-orang yang berjejalan di kantin. Ia terus menyalip satu demi satu pengunjung kantin. Ia berhasil sampai di pintu keluar kantin. Namun sayang, ia kembali berpadukan dengan seseorang. Dan sialnya lagi, orang itu membawa ice coklat yang langsung membasahi seragam Yoni. Kini seragamnya basah dan kotor. Orang itu tampak minta maaf, namun Yoni mengabaikannya. Ia malah kembali berjalan terburu-buru tanpa mengeluarkan sepatah katapun.
“kenapa tu orang? Tumben ngga marah-marah kena ice coklat gue! Aneh.. Matanya juga merah, kaya abis nangis... hmm.” Chiko bertanya-tanya.
Yoni sampai di ruang kelasnya. Ia melangkah gontai ke tempat duduknya. Baru saja ia duduk, kedua sahabatnya itu malah datang menggoda Yoni yang ternyata ketahuan di antar pulang oleh Chiko.
“cie cie..... yang abis jalan bareng.... pake di anter pulang segala lagi!” goda Krisa tiba-tiba.
“kayaknya benci bakal berubah jadi cinta nih!” celetuk Jean menambahkan.
“kalian apaan sih??! Lagian siapa juga yang jalan? Heh, kemarin gue lagi dalam keadaan darurat. Ya jadi,,, terpaksa deh gue nebeng sama si Chiko.” Kilah Yoni sewot.
“halahhhh, emangnya kita ngga tau apa! Rumah kalian kan ngga searah, kalo ngga ada maksud lain apa coba?” tambah Jean meyakinkan.
“eh, bentar-bentar! Kenapa kalian bisa tau? Kalian mata-matain gue ya?”
“haha!” Krisa dan Jean tertawa lepas.
“lo ngga tau apa? Kemarin kan kita janjian mau ngerjain tugas bareng di rumah lo. Tapi berhubung lonya lama ngga pulang-pulang yaaa kita balik aja... eh... pas balik, ngga sengaja kita liat lo turun dari motornya si Chiko. So sweet!!” jelass Krisa panjang.
“O my God! Kenapa gue bisa lupa ya?! Hee,, sorry ya!” Yoni cengengesan.
“santai aja lah, yang penting lo hepi sama Chiko!” sahut Jean santai.
Memang selalu seperti ini. Kesedihan Yoni langsung hilang begitu sahabatnya datang. Seolah-olah ia tak pernah bersedih. This is a good lesson about friendship.
@_@

Begitu jam istirahat habis, semua anak masuk dan langsung menatap Yoni dengan sinis. Yoni heran pada teman-teman kelasnya itu. Semua teman perempuannya menatap tajam ke arahnya. Yoni hanya mngernyitkan dahi.
Jean dan Krisa menghampiri Yoni dengan heboh. “o my God, Yoniiiii! Ko bisa sih lo ngeduluin kita??!” omel Krisa heboh.
“ngeduluin apa sih maksud lo?” Yoni bingung. Keningnya semakin berlipat.
“ya ampun... sini ikut gue!” Jean menggeret Yoni keluar kelas dan berjalan dengan langkah cepat di koridor.
Mereka berhenti tepat di depan mading. Semua orang bergerombol di depan mading dan langsung menatap Yoni begitu mereka melihat Yoni. Beribu makian berdengung di telingannya. Ia semakin bingung. Dengan cepat ia menyelinap di antara kerumunan orang. Ia segera melihat apa yang sedang di perbincangkan oleh orang-orang di hadapan mading.
Yoni hanya melongo bercampur tak percaya melihat berbait-bait tulisan pada secarik kertas di mading. Ia hanya geleng-geleng kepala sambil membekap mulutnya.
Dear  : Vioni
Pandangan itu, wajah itu
Tatapan itu, sikap itu
Acuh itu, tolakkan itu....
Membuatku semakin ingin mengenalmu
Walau sulit
Walau seribu senyum telah ku kembangkan untukmu
Tapi tak berarti untukmu
You’re different!
Ini yang membuatku semakin tertarik  padamu
Berbeda, dari yang sama

From : Vito

Begitu selesai membacanya. Yoni segera mengambil kertas itu dengan paksa. Ia lekas merobek kertas itu dan meremas-remasnya menjadi bulatan kecil. Ia melemparnya ke tong sampah kemudian balik menatap orang-orang yang sejak tadi menatapnya sinis.
“semua bubar!!!” sentak Yoni yang langsung membuat semua balik kanan bubar barisan, jalan! Ckck. “Ini ngga seperti yang kalian kira girls!”
“yeah, its ok lah.. walopun bener juga ngga pa-pa kok. Emang sih, gue suka sama Vito,. Tapi kalo Vitonya suka sama lo ya.... mau gimana lagi?!” jelas Jean menabahkan diri.
“santai aja, kita ngga marah kok.” Krisa tersenyum.
Yoni terharu mendengar kata-kata temannya itu. Ia langsung memeluk kedua temannya.
“kalian percaya gue kan? Gue sama sekali ngga tertarik sama Vito.”
“iya,.. kita percaya kok. Lo kan sukanya sama Chiko.” Timpal krisa yang sontak membuat Yoni tercengang.
Tiba-tiba Yoni melihat seseorang di lapangan basket yang ternyata juga sedang tersenyum memperhatikannya. Namun ternyata senyum orang itu sontak pudar ketika Yoni memergokinya.
“apa lo?” ancam Yoni lirih sambil mengasongkan kepalan tangannya pada orang itu.
“apa? Huu!” balas Chiko menantang. Kemudian kembali mendrible bola.
“apaan sih Yon?” tanya Krisa heran mendengar Yoni komat-kamit sendiri.
“eh,, engga. Itu.. anu... ada orang gila lewat. Udah yu ah, kita ke kelas!” sangkal Yoni cerdik yang langsung mennarik kedua temannya kembali ke kelas.
Olahraga siang ini bener-bener bikin cowok yang satu ini bercucuran keringat. Ia lapi keringat yang membanjiri wajah dan tubuhnya dengan handuk. Ia ambil botol aqua di sampingnya dan langsung meneguk airnya hingga tak tersisa. Ia melirik ke arah cewek yang sedang berjalan di koridor dengan kedua temannya. Ia tersenyum menatapi mereka.
“eh, Chiko! Katanya lo mau minta nomornya si Krisa. Nih gue punya.” Sapa temannya mengingatkan.
“eh, oh.. ya udah, langsung kirim aja v-cardnya ke nomor gue. Thanks ya.”
Yupz! Chiko berhasil mendapatkan nomor Krisa. Lantas ia cepat-cepat menghubungi nomor Krisa.
Kris, ini gue Chiko, gue ada perlu sama lo. Lo bisa g dtg k Circle Garden break ke-2 nanti..
Send.....
New massage..
Eng... gmn y? Em... ok deh!
“yes” pekik Chiko girang.
@_@

“ada perlu apa sih lo? Tumben tiba-tiba pengen ketemu gue.. atau jangan-jangan....... lo suka ya sama gue???!” tanya Krisa PD.
“heh! Ge-eR banget sih lo,. Gue Cuma pengen cari info ko sama lo.” Jawab Chiko santai.
“info apaan yang pengin lo dapet dari gue?” Krisa heran. “hemmm, gue tau nihh,.. pasti tentang si Yoni kan?”
“ssssst, jangan keras-keras ngomongnya...”
“tuh kan bener!” seru Krisa semangat. “lo suka kan sama Yoni??”
“ih, huekz! Jangan sampe deh! Gue Cuma pengen tau aja tentang gosip si kupret Yoni sama si Vito. Emang beneran ya?”
“emm... sebenernya sih emang iya... Vito suka sama Yoni, tapi kan Yoni sama sekali ngga tertarik sama si Vito.”
“fiuh! Syukurlah!” seru Chiko spontan.
bersambung....................................

0 comments:

Post a Comment

Let's Leave a Comment Politely, Friends! ^_^