9 April 2012

Cerpen Remaja ( I Will Run to Get back My Monkey Love The Last Part)


 I Will Run to Get back My Monkey Love 
The Last Part

Diketik dan direkayasa ulang dari FTV Siang SCTV
oleh: Julia Puspitasari

 .............................
Salsa terbangun. Ia mengucek-ngucek matanya. Setelah penglihatannya jelas, ia mendapati Nisa sudah tidak ada di tendanya. Terdengar suara gaduh diluar. Iapun membuka resleting tendanya dan melongok keluar.  Ternyata hari sudah siang. Ia terlambat bangun mungkin karena saking capenya atas kejadian semalam.
Anak-anak peserta kemah berteriak-teriak histeris menyaksikan lomba tarik tambang antar kelompok pagi itu. Semua saling meneriakan yel-yel semangat untuk mensuport teman-teman mereka yang sedang bertanding. Dika hanya memandangi mereka sembari meniupi telapak tangannya yang lecet karena lomba tarik tambang tersebut.
Ia tidak menyesali atas luka ditelapak tangannya. Karena ia telah berhasil memenangkan perlombaan tersebut. Kini giliran lomba antar regu cewek. Dika mengamati setiap cewek yang berkumpul disana. Ia tidak melihat Salsa disana. Si cewek energik yang biasanya berteriak paling keras ditambah pelototannya jika ada hal yang mengejutkan. Ia melihat ketenda Salsa. Ternyata Salsa ada disana. Salsa memandang kearah Dika sambil memamerkan senyum. Dika yang merasa terpergok mencari Salsa, langsung memalingkan wajah, kembali melihat perlombaan.
Setelah mencuci muka dan gosok gigi, Salsa berjalan menghampiri Dika. Ia berniat melihat perlombaan itu sambil duduk dibatang pohon disebelah Dika. Ketika sampai disana, tanpa basa-basi Salsapun duduk disamping Dika.
“Hai.” Sapa Salsa.
”kenalin, gue Salsa. Lengkapnya Salsabila Anggia Putri.” Ia menjulurkan tangannya kehadapan Dika yang sedari tadi mencoba berpaling darinya. Salsa mencoba mengenalkan dirinya kembali. Dan menganggap mereka baru akan saling mengenal hari ini. Namun, Dika tidak merespon Salsa sama sekali. “kenapa diem? Gue boleh kan jadi temen lo?” tetap tidak ada respon dari Dika.  ”oke. gue anggap kita udah kenalan. Dan sekarang kita temenan.”  Seru Salsa tak memperdulikan sikap acuhnya Dika.
Merekapun terdiam. Dika terus mencoba meniupi  tangannya yang luka. Salsa yang langsung mengetahuinya segera pergi meninggalkan Dika. Ia pergi mengambil betadin dan semua peralatan P3K yang dibutuhkan untuk mengobati luka Dika. Salsa kembali dengan menenteng kotak P3K.
Ia mulai membuka tutup alcohol dan meneteskan alcohol kekapas. Ia langsung menarik tangan Dika.  “luka ini kalo dibiarin bisa-bisa infeksi nantinya.” Ujarnya tiba-tiba sambil mengobati luka ditelapak tangan Dika.
Dika terkejut, kemudian memandang Salsa yang sedang mengobati lukanya. “ngga usah sok tau deh lo!” sahut Dika akhirnya bersuara. Ia membiarkan Salsa mengobati lukanya.
“ terserah lo kalo ngga percaya. Walaupun gue bukan PMR, tapi gue cukup tau masalah beginian.”
Dika tetap diam. Terus memperhatikan cara-cara Salsa mengobati lukanya. Telaten, perhatian, sigap. Itulah Salsa yang ia kenal, masih seperti dulu. Hanya parasnya yang berubah. Cantik tapi sederhana.
“Ca, gimana kakinya? Udah mendingan?” sapa Rendy yang langsung menghampiri Salsa dan Dika.
“yaaa, lumayan laah. Ternyata lo berbakat jadi tukang pijit ya?” canda Salsa.
“ah, payah. Ngga juga. Eh, Dik. Kok tangan lo baru diobati sekarang?”
“biasaaa.. anak manja kalo ngobatin sendiri ngga mau.” Sergap Salsa yang langsung membuat dahi Dika berkerut.
“maksud lo?” Tanya Dika tak terima disebut anak manja.
Salsa tidak menanggapi Dika. Setelah selesai mengobati luka Dika, Salsapun segera berdiri menghampiri Rendy. “yuk, Rend. Kita kesana.” Menarik Rendy menjauh dari Dika.


Semua acara perkemahan telah usai. Semua peserta kembali kerumahnya masing-masing. Begitu sampai dirumah, Salsa langsung menceritakan semua kejadian selama di perkemahan kepada Liera sahabatnya. Salsa juga bercerita tentang sikap Dika yang tak ingin mengenalnya lagi.
“lo ngga malu terus-terusan dicuekin sama dia?” Tanya Liera menanggapi cerita Salsa.
“kenapa harus malu? Toh gue Cuma pengen temenan sama dia.”  Jawab Salsa sambil menggerak-gerakan jarinya di atas tangga nada keyboardnya.
“trus kalo sampai si Rio emang bener-bener ngga mau temenan lagi sama lo gimana?”
“yaaaa, kita liat aja nanti. May be… I will run to get back my monkey love.” Jawab salsa santai.
~ting-tong~
Terdengar dering bel rumahnya. Liera dan Salsa saling menatap. “jangan-jangan…. Itu Rio.” Ujar Liera menduga-duga.
“halaaah, ngga mungkin. Kalo beneran itu Rio, gue berani deh makan brownis ini sampe habis, kalo perlu sama piring-piringnya.” Sanggah Salsa menantang sembari menunjuk ke sepiring brownis diatas meja keyboardnya. Iapun langsung berjalan menuju pintu. Ia mulai memutar gagang pintu.
Tampak seorang cowok berdiri membelakangi pintu. Salsa mengerutkan dahinya.
“ekhm! Siapa ya?” sapa Salsa.
Cowok itu berbalik dan langsung memeluk Salsa. “Rio?!” Tanya Salsa terheran-heran.
“Nggi, nyokap gue..” ujar Rio sambil terisak menangis dengan masih memeluk Salsa.
“nyokap lo kenapa, Yo?” Tanya Salsa simpati.
“nyokap gue masuk UGD gara-gara gue bentak dia. Jantungnya lemah. Gue takut dia kenapa-kenapa. Gue juga takut bayi dalam kandungannya kenapa-napa. Ini semua salah gue, Nggi.” Rio diam sejenak.  “gue kesini, karna gue tau. Cuma elo yang bisa ngertiin gue.”
“trus, lo udah ke Rumah sakit?”
“belum. Gue ngga sanggup, Nggi. Gue ngerasa bersalah. Padahal selama ini dia selalu berusaha jadi nyokap yang baik buat gue. Tapi, tololnya gue ngga ngerti juga.” Curhat Dika panjang lebar.
“iya, lo emang tolol!”  gertak Salsa yang langsung melepaskan pelukan Dika.  “tunggu apa lagi?? Kita harus segera kesana, Rio.” Salsa langsung menyuruh Dika masuk ke mobil dan menjalankan mobilnya.
*****
Dika keluar dari ruang Butterfly dimana tempat ibunya dirawat. Ibunya dan janin yang dikandungnya selamat. Wajah Dika kini terlihat cerah. Rona kebahagiaan menghiasi dirinya saat itu. Ia telah meminta maaf kepada ibunya. Ia juga menyesali sikap dan perbuatannya selama ini. Dan kini Dika berjanji akan menerima ibu tirinya seperti ibu kandungnya sendiri.
“gimana, Yo?” Tanya Salsa khawatir.
“mereka selamat. gue seneng banget.” Jawabnya dengan sumringah.
“hmmm…. Now, beranikah ANDA kembali menjadi seperti yang dulu?” goda  Salsa menantang perubahan sikap Dika.
“jawabanyaa….. besok. Yu, sekarang gue anter lo pulang.” Dika menggandeng tangan Salsa menuju ke parkiran dimana mobilnya diparkir.
*****
Pagi yang indah. Matahari tidak malu lagi menampakan senyumnya. Sinarnya kembali seperti semula. Terang, cerah. Diiringi siulan riang burung-burung di pagi itu. Salsa tengah duduk di kursi taman dimana tempat ia bertemu kembali dengan Rio setelah sepuluh tahun. Ia memandangi setiap pejogging yang hilir mudik di depannya.
“ekhm.. hai.” Sapa seseorang. Salsa mendongak kemudian tersenyum. “kenalin, gue Rio. Lengkapnya Mahardika Rioshan Rahandi. Lahir pada tanggal 17 Agustus 1992. Tepat disaat peringatan hari kemerdekaan Indonesia. So, gue diberi nama Mahardika.” Jelas Rio sambil menjulurkan tangan kehadapan Salsa. panjang lebar memperkenalkan dirinya kembali persis seperti ia memperkenalkan dirinya pada Anggi sepuluh tahun yang lalu. “kalo lo?”
Salsa tersenyum kemudian menjabat tangan Rio. “hai. Gue Anggi. Lengkapnya Salsabila Anggia Putri. Gue diberi nama Salsabila supaya kelak gue bisa jadi putri pembawa ortu gue ke surga. N supaya gue selau jadi penyejuk seperti air sungai dan air terjun di surga. gue lahir pada tanggal 3 September 1993.” Jelasnya panjang lebar yang juga persis seperti sepuluh tahun yang lalu. Hanya terdapat pergantian kata “aku” menjadi “gue”.
“boleh kan gue jadi temen lo lagi?”
“emmmm.” Salsa tampak berpikir sejenak. “boleh. Tapi……………….. sanggupkah anda kembali seperti yang dulu?” sahut Salsa sambil menahan tawa.
“saya berjanji.” Ujar Dika sambil menyimpan tangan Salsa di dadanya. “saya siap kembali menjadi seperti yang dulu lagi.”
Keduanya saling diam. Kemudian mereka tertawa lepas menertawai tingkah laku mereka sendiri. “dasar Mahardika Rioshan Rahandi oon.” Ledek Salsa kemudian berlari.
Dika mengejarnya sambil berteriak. “dasar Salsabila Anggia Putri tikus kecil sok beraniiii..”
Semuanya kini telah kembali seperti semula. Sikap Dikapun menjadi sehangat dulu. Mereka kembali berteman seperti dulu. Namun, masalah cinta….. mereka tidak buru-buru memikirkannya. Hanya persahabatan yang mereka butuhkan sekarang. Jika memang suatu saat nanti tumbuh benih-benih cinta diantara mereka. Yaaa.. itulah takdir.

THE END

0 comments:

Post a Comment

Let's Leave a Comment Politely, Friends! ^_^