The Circle Of Love
Part 2
Oleh: Julia Puspitasari
..................................................
Yoni sibuk
mengaduk-aduk jus alpukat yang
dipesannya dari ibu kantin sejak sepuluh menit yang lalu. Ingatannya menerawang
jauh ke masa lalu.
“Vi, boleh
ngga kalo aku nunggu jawaban kamu sampe kamu siap. Bahkan ampe
bertahum-tahunpun aku siap, itupun kalo kamu ngasih aku kepastian.” Tanya Indra
lembut.
“Aduh,
Ndra... gimana ya! Aku belum yakin sama perasaan aku ke kamu. Yaa kalo emang
kamu siap nunggu ya terserah. Atau kalo kamu ngga mau nunggupun ngga pa-pa
kok..” jawab Vioni sama lembutnya.
Indra
bersikeras mau menunggu Vioni sampai Vioni menjawab ya dan mau menjadi
pacarnya. Beberapa hari kemudian, Vioni berniat ingin memberi Indra kejutan. Ia
akan memberikan jawabannya tepat hari ini. Setelah ia yakin dengan perasaannya,
Vioni memutuskan untuk menerima Indra sebagai pacarnya.
Ia sibuk menggerakkan
jemarinya di atas keypad hp. Beberapa digit nomor telah ia tekan. Dan.... call!
“sore
Vioni! Ada apa nih! Tumben telpon.” Sapa seseorang di seberang sana.
“ennggg...
Ndra, aku bakal jawab hari ini!” kata Vioni semangat.
“what?
Beneran nih?! Ok deh, apa jawabannya?” tanya Indra penasaran.
“ngga lewat
telpon dong. Kalo kamu mau tau jawabannya, kamu harus datang ke taman tempat
nongkrong kita. Aku udah tulis jawabannya di kursi taman tempat kita biasa
duduk. Aku tunggu di sana sekarang, ok!”
“kenapa
ngga sekarang aja sih jawabnya? Di telpon maksudnya.”
“kenapa
emangnya? Ngga mau?! Ya udah kalo ngga mau. Aku batalin deh jawabnya.”
“e e et!
Iya deh, aku kesana sekarang. Tunggu ya! Tapi jangan marah kalo akau telat.”
“iya,
iya... buruan!”
“iya, ni
juga lagi pake jaket. O ya, sebelumnya aku pernah bilang kan, kalo aku sayang
kamu?!”
“iya, aku
udah sering dengernya. Udah cepetan! Lama ih!”
“kenapa
sih, ngga sabaran banget deh. Aku lagi nyari kunci motor dulu nih.... mana
ya..... yup, ketemu.......!.......”
~~tut tut
tut tut tut~~
“halo!
Indra? Ndra?” sambungan teleponnya dengan Indra terputus. “hmm, ni orang!
Dasar!” omelnya dengan senyum sambil geleng-geleng kepala.
Vioni
melirik jam tangannya. sudah dua puluh menit ia menunggu di taman. Tapi Indra
belum juga datang. Iapun mencoba menghubungi Indra kembali. Lama tak ada
jawaban. Panggilan pertama gagal. Kedua, ketiga, keempat, dan...... berhasil.
“halo Ndra!
Kamu dimana sekarang? Ko lama banget! Macet ya?” tanya Vioni semangat.
Lama tak
ada suara. Hanya isak tangis seorang perempuan yang terdengar.
“Ndra? Itu
siapa?” tanya Vioni curiga.
“Nak,
Vioni....” sapa seseorang di seberang sana.
“kok, kaya
suara tante Wanda? Ini tante Wanda?” tanya Vioni penasaran.
“iya, ini
tante.”
“kenapa
tante? Ada apa?”
“Vioni......”
tante Wanda diam sejenak. “Indra pergi ninggalin kita..... untuk selamanya.”
Punggung
Vioni memanas. Lama ia diam. Wajahnya memerah. Butiran air mata mulai tak
sanggup ia bendung. Tubuhnya benar-benar lemas. “I-Indra..” ia menangis
terisak. “ke-kenapa tante? Kenapa bisa? Tante becanda kan? Aku baru aja ngomong
sama Indra dua puluh menit yang lalu. Ini ngga mungkin tante..” Vioni terduduk
di rumput taman dengan punggung bersandar di kursi taman tempat ia dan Indra biasa
menghabiskan sore bersama.
“Vioni....
dengerin tante..” tante Wanda ikut terisak. “Indra kena serangan jantung
mendadak.”
“ngga, ngga
mungkin! Ini semua ngga mungkin tante.” Vioni mulai menangis sejadi-jadinya. Ia
berlari dengan tangis menyerta. Ia pergi ke rumah Indra.
Ia sampai
di daun pintu. Ia berjalan gontai. Semua orang duduk mengelilingi jasad yang
terbaring tanpa nyawa. Vioni menangis semakin jadi. Berjalan dan semakin
mendekat dengan wajah yang dingin tanpa senyum lagi. Dengan wajah kaku tanpa
ekspresi.
Ia tatap
wajah itu. Wajah yang dulu selalu ada di hadapannya sambil menampakan senyum
tulusnya. Wajah yang dulu selalu bersinar menghiasi hari-harinya. Wajah yang
dulu selalu ceria menghiburnya. Wajah yang selalu menanti jawaban cinta
darinya.
Vioni
menangis di samping jasad itu. Ia terus memanggil-manggil nama Indra.
“Indra....
kenapa kamu pergi secepat ini? Kenapa? Kamu bilang aku ngga boleh marah kalo
kamu telat..... tapi sekarang kamu malah pergi untuk selamanya!!! Aku marah
Ndra, aku marah!” isak tangisnya masih terdengar di sela-sela perkataannya.
Tante wanda merangkulnya erat. “bahkan kamu belum sempet denger jawaban aku.
Kamu belum tau kalo aku juga sayang kamu Ndra... aku sayang kamu,... kenapa
kamu pergi??!”
Semenjak
itu Vioni terus merasa bersalah. Ia telah memaksa Indra untuk datang ke taman.
Padahal kondisi Indra sedang tidak sehat. Ia bahkan belum sempat mengatakan hal
yang sama seperti yang selalu Indra katakan pada Vioni, bahwa Vioni juga
menyayanginya. Jika ia tahu itu adalah hari terakhir ia berbicara dengan Indra,
mungkin ia akan datang sendiri ke rumah Indra dan menghabiskan waktu terakhir
Indra bersamanya. Ia merasa telah kehilangan semangat hidupnya. Itulah sebabnya
ia belum ingin mencari cowo lain. Ia terlalu takut kecuekkannya hanya akan
membuat cowo sakit hati.
Yoni terus
mengaduk-aduk jus alpukatnya disertai butiran bening yang menetes di pipinya.
Matanya menatap kosong kedepan. Tak peduli banyak orang di kantin, ia tetap
merasa sendiri disana.
“jauh...
kau pergi me-ning-galkan... diriku.....”
Yoni menyanyi tersendat-sendat sambil terisak.
“disini aku
merindukan dirimu...” lanjut seseorang yang langsung duduk di samping Yoni.
“Indra...!”
serunya sambil melirik ke arah suara itu. Ia menghela napas. “Vito?!”
“siapa
Indra?” tanyanya sambil menyodorkan tisu pada Yoni.
“lo ngga
perlu tau..!” jawabnya sambil berlalu pergi tanpa menerima tisu dari Vito.
Ia berjalan
terburu-buru di antara orang-orang yang berjejalan di kantin. Ia terus menyalip
satu demi satu pengunjung kantin. Ia berhasil sampai di pintu keluar kantin.
Namun sayang, ia kembali berpadukan dengan seseorang. Dan sialnya lagi, orang
itu membawa ice coklat yang langsung membasahi seragam Yoni. Kini seragamnya
basah dan kotor. Orang itu tampak minta maaf, namun Yoni mengabaikannya. Ia
malah kembali berjalan terburu-buru tanpa mengeluarkan sepatah katapun.
“kenapa tu
orang? Tumben ngga marah-marah kena ice coklat gue! Aneh.. Matanya juga merah,
kaya abis nangis... hmm.” Chiko bertanya-tanya.
Yoni sampai
di ruang kelasnya. Ia melangkah gontai ke tempat duduknya. Baru saja ia duduk,
kedua sahabatnya itu malah datang menggoda Yoni yang ternyata ketahuan di antar
pulang oleh Chiko.
“cie
cie..... yang abis jalan bareng.... pake di anter pulang segala lagi!” goda
Krisa tiba-tiba.
“kayaknya
benci bakal berubah jadi cinta nih!” celetuk Jean menambahkan.
“kalian
apaan sih??! Lagian siapa juga yang jalan? Heh, kemarin gue lagi dalam keadaan
darurat. Ya jadi,,, terpaksa deh gue nebeng sama si Chiko.” Kilah Yoni sewot.
“halahhhh,
emangnya kita ngga tau apa! Rumah kalian kan ngga searah, kalo ngga ada maksud
lain apa coba?” tambah Jean meyakinkan.
“eh,
bentar-bentar! Kenapa kalian bisa tau? Kalian mata-matain gue ya?”
“haha!”
Krisa dan Jean tertawa lepas.
“lo ngga
tau apa? Kemarin kan kita janjian mau ngerjain tugas bareng di rumah lo. Tapi
berhubung lonya lama ngga pulang-pulang yaaa kita balik aja... eh... pas balik,
ngga sengaja kita liat lo turun dari motornya si Chiko. So sweet!!” jelass
Krisa panjang.
“O my God!
Kenapa gue bisa lupa ya?! Hee,, sorry ya!” Yoni cengengesan.
“santai aja
lah, yang penting lo hepi sama Chiko!” sahut Jean santai.
Memang
selalu seperti ini. Kesedihan Yoni langsung hilang begitu sahabatnya datang.
Seolah-olah ia tak pernah bersedih. This is a good lesson about friendship.
@_@
Begitu jam
istirahat habis, semua anak masuk dan langsung menatap Yoni dengan sinis. Yoni
heran pada teman-teman kelasnya itu. Semua teman perempuannya menatap tajam ke
arahnya. Yoni hanya mngernyitkan dahi.
Jean dan
Krisa menghampiri Yoni dengan heboh. “o my God, Yoniiiii! Ko bisa sih lo
ngeduluin kita??!” omel Krisa heboh.
“ngeduluin
apa sih maksud lo?” Yoni bingung. Keningnya semakin berlipat.
“ya ampun...
sini ikut gue!” Jean menggeret Yoni keluar kelas dan berjalan dengan langkah
cepat di koridor.
Mereka
berhenti tepat di depan mading. Semua orang bergerombol di depan mading dan
langsung menatap Yoni begitu mereka melihat Yoni. Beribu makian berdengung di
telingannya. Ia semakin bingung. Dengan cepat ia menyelinap di antara kerumunan
orang. Ia segera melihat apa yang sedang di perbincangkan oleh orang-orang di
hadapan mading.
Yoni hanya
melongo bercampur tak percaya melihat berbait-bait tulisan pada secarik kertas
di mading. Ia hanya geleng-geleng kepala sambil membekap mulutnya.
Dear : Vioni
Pandangan itu, wajah itu
Tatapan itu, sikap itu
Acuh itu, tolakkan itu....
Membuatku semakin ingin
mengenalmu
Walau sulit
Walau seribu senyum telah ku
kembangkan untukmu
Tapi tak berarti untukmu
You’re different!
Ini yang membuatku semakin
tertarik padamu
Berbeda, dari yang sama
From : Vito
Begitu
selesai membacanya. Yoni segera mengambil kertas itu dengan paksa. Ia lekas
merobek kertas itu dan meremas-remasnya menjadi bulatan kecil. Ia melemparnya
ke tong sampah kemudian balik menatap orang-orang yang sejak tadi menatapnya
sinis.
“semua
bubar!!!” sentak Yoni yang langsung membuat semua balik kanan bubar barisan,
jalan! Ckck. “Ini ngga seperti yang kalian kira girls!”
“yeah,
its ok lah.. walopun bener juga ngga pa-pa kok. Emang sih, gue suka sama Vito,.
Tapi kalo Vitonya suka sama lo ya.... mau gimana lagi?!” jelas Jean menabahkan
diri.
“santai
aja, kita ngga marah kok.” Krisa tersenyum.
Yoni
terharu mendengar kata-kata temannya itu. Ia langsung memeluk kedua temannya.
“kalian
percaya gue kan? Gue sama sekali ngga tertarik sama Vito.”
“iya,..
kita percaya kok. Lo kan sukanya sama Chiko.” Timpal krisa yang sontak membuat
Yoni tercengang.
Tiba-tiba
Yoni melihat seseorang di lapangan basket yang ternyata juga sedang tersenyum
memperhatikannya. Namun ternyata senyum orang itu sontak pudar ketika Yoni
memergokinya.
“apa
lo?” ancam Yoni lirih sambil mengasongkan kepalan tangannya pada orang itu.
“apa?
Huu!” balas Chiko menantang. Kemudian kembali mendrible bola.
“apaan
sih Yon?” tanya Krisa heran mendengar Yoni komat-kamit sendiri.
“eh,,
engga. Itu.. anu... ada orang gila lewat. Udah yu ah, kita ke kelas!” sangkal
Yoni cerdik yang langsung mennarik kedua temannya kembali ke kelas.
Olahraga
siang ini bener-bener bikin cowok yang satu ini bercucuran keringat. Ia lapi
keringat yang membanjiri wajah dan tubuhnya dengan handuk. Ia ambil botol aqua
di sampingnya dan langsung meneguk airnya hingga tak tersisa. Ia melirik ke
arah cewek yang sedang berjalan di koridor dengan kedua temannya. Ia tersenyum
menatapi mereka.
“eh,
Chiko! Katanya lo mau minta nomornya si Krisa. Nih gue punya.” Sapa temannya
mengingatkan.
“eh,
oh.. ya udah, langsung kirim aja v-cardnya ke nomor gue. Thanks ya.”
Yupz!
Chiko berhasil mendapatkan nomor Krisa. Lantas ia cepat-cepat menghubungi nomor
Krisa.
Kris, ini gue Chiko, gue ada
perlu sama lo. Lo bisa g dtg k Circle Garden break ke-2 nanti..
Send.....
New
massage..
Eng... gmn y? Em... ok deh!
“yes”
pekik Chiko girang.
@_@
“ada
perlu apa sih lo? Tumben tiba-tiba pengen ketemu gue.. atau
jangan-jangan....... lo suka ya sama gue???!” tanya Krisa PD.
“heh!
Ge-eR banget sih lo,. Gue Cuma pengen cari info ko sama lo.” Jawab Chiko
santai.
“info
apaan yang pengin lo dapet dari gue?” Krisa heran. “hemmm, gue tau nihh,..
pasti tentang si Yoni kan?”
“ssssst,
jangan keras-keras ngomongnya...”
“tuh
kan bener!” seru Krisa semangat. “lo suka kan sama Yoni??”
“ih,
huekz! Jangan sampe deh! Gue Cuma pengen tau aja tentang gosip si kupret Yoni
sama si Vito. Emang beneran ya?”
“emm...
sebenernya sih emang iya... Vito suka sama Yoni, tapi kan Yoni sama sekali ngga
tertarik sama si Vito.”
“fiuh!
Syukurlah!” seru Chiko spontan.
bersambung....................................
0 comments:
Post a Comment
Let's Leave a Comment Politely, Friends! ^_^