Bismillahirrahmaanirrahiim...
Entah apa yang
harus kulakukan saat dunia mulai menyerangku dengan ketidaknyamanan hidup.
Astaghfirullah... Betapa tidak bersyukurnya aku. Begitu naif, terkadang luapan
emosi sesaat mampu meluluh lantahkan hatiku. Seringkali aku hanya bisa menangis
atas emosi yang tak mampu kubendung. Bukan emosi yang membabi buta, melainkan
emosi yang mampu mengorek hatiku untuk terus memikirkannya. Tersinggung,
misalnya.
Jalan kehidupan
memang tak semulus yang aku kira. It’s never Flat atau tidak rata. Masalah diri sendiri
seperti ketidak percayaan diri, keluarga, lingkungan masyarakat bahkan
pekerjaan. Untuk dapat menempuh tujuan hidup ku memang tak secepat merebus mie
instan. Perlu proses yang amat panjang dengan lika-liku yang berbeda dan tak
kunjung henti. Dari situlah sebenarnya aku harus bersabar. Ya, bersabar. Mudah
sekali aku mengucapkan kata sabar. Tapi praktek lebih sulit dibandingkan dengan
teorinya. Aku tau, tidak ada batasan kesabaran. Dan yakin bahwa Rabb ku hanya
ingin melihat bagaimana aku mengatasi berbagai masalahku melalui kata sabar.
Sulit. Hanya tetesan bening dari mataku yang kurasa kian merambah ketika
kesabaranku mulai melemah.
Ketidakpercayaan
diri juga bisa saja membuatku jatuh tertimpa derita dan kesedihan. Bahkan aku
sempat bersu’udzan pada diriku sendiri. Astaghfirullah... aku tak mampu
mengatakan ini. Saat aku mulai menghadapi berbagai tuntutan baik secara langsung
maupun tidak langsung. Tuntutan pekerjaan yang terkadang membebani. Atau lebih
dari itu, yakni tuntutan orang tua yang mampu mengombang-ambing psikologisku.
Astagfirullah... ampuni aku Ya Rabb. Terkadang aku merasa sakit dan perih
ketika aku harus berpura-pura mengerti dan terdiam atas tuntuan mereka. Mungkin
aku salah mengatakan ini sebagai tntutan, lebih tepatnya mungkin ini sebuah
harapan dari orang tua untuk anaknya. Ya. Orang tua. Akupun juga berharap aku
bisa melakukan apa yang mereka katakan, apa yang mereka inginkan. Mulai dari
membahagiakan mereka dengan kasih sayang lah, dan terutama materi. Ya Rabb, aku
tahu materi bukanlah segalanya. Jujur, aku juga ingin hidup tanpa banyak
tuntutan itu. Mereka terlalu
mengharapkan sesuatu dengan terburu-buru. Seringkali aku kewalahan dengan
ketergesa-gesaan itu yang menjadikanku minder menghadapi kenyataan hidup. Aku
harap mereka bisa bersabar menanti kesuksesanku kelak tanpa harus membuatku merasa
terburu-buru.
Mereka selalu
bilang aku harus bersabar. Tapi kenapa mereka selalu memburu-buruiku untuk
mendapatkan sesuatu yang mereka harapkan itu. Ya Allah, Ya Allah, Ya Allah.
Berilah aku kekuatan serta kesabaran yang tak ada batasnya.
Akhir-akhir
ini, saat keterpurukkan itu mulai muncul kembali hanya satu yang kuingat.
Rabbku menunjukkanku kenyataan yang mungkin takkan pernah bisa terbayangkan
oleh orang-orang seusiaku .
Astaghfirullah....
Jelas seperti sinetron kehidupanku ini. Tapi aku yakin, Rabb ku telah membuat
skenario yang indah dalam kehidupanku. Dengan rencana yang tak akan pernah
mampu ku duga. Yakinku pula, bahwa semua ini akan indah pada waktunya.
Ya Allah, mampukan
aku untuk terus menjadikan agamaMu sebagai tameng kehidupanku. Mampukan aku
agar aku tetap bersandar padaMU dan menjadikanMU
satu-satunya tempatku berteduh dan mengadu. Mampukan aku untuk selalu
menjadikan RasulMU sebagai tauladanku dan kitabMU sebagai pedoman hidupku.
Mampukan akuuntukterusmenimbakesabarandarisetiaplikuhidup
yang menerpaku. Dan mampukan aku juga untuk dapat terus
berhusnuzan padaMU, pada diriku sendiri, dan pada orang-orang disekitarku..
jujur isi cerita ini mewakili satu-satunya beban yg aku punya...dan
ReplyDeleteBisa jadi ini adalah Beban umum yg selalu dipikul oleh sebagian besar anak terhadap orang tuanya.
he'eh, setiap anak seringkali resah dengan tuntutan yang sebenarnya adlah sebuah harapan dari orang tuanya. butuh kesabaran dan pengertian lebih untuk menghadapi situasi seperti ini. bahkan terkadang kita pengen banget ngejelasin ke mereka kalau kita juga butuh waktu untuk memenuhi semua yang mereka harapkan. tapi anehnya, kalo Jul mah kebanyakan ngomongnya dalam hati. sulit buat ngomong langsung. takut salah ucap yang akhirnya bikin mereka tersinggung..
ReplyDelete