The
Circle Of Love
Part 1
Oleh: Julia Puspitasari
Matahari
hampir menerobos celah-celah kabut. Suara gaduh mulai merebak di ruang makan.
Tapi, Vioni malah asik nongkrong di depan cermin. Ia lirik arlojinya. Sudah jam
7.30. waktunya untuk berangkat ke sekolah. Vioni masih saja duduk manis sambil
manyun. Pagi yang menjemukan. Katanya
dalam hati. Rasanya malas sekali berangkat sekolah kalo untuk mendengar beribu
omelan dari teman-temannya yang ngotot menyuruh Yoni untuk mencari boyfriend. Huft!
“aduh Yoniii....
please deh, lo tuh sekarang dah kelas 2! Angka umur lo juga dah ga kecil lagi.
Tapi kenapa sih ampe sekarang lo belum juga cari cowo?” ujar Krisa
bersungut-sungut.
Yoni hanya
garuk-garuk kepala mendengarnya. Ia hendak menjawab tapi perkataannya selalu
saja diterobos oleh ocehan Krisa.
“jangan
bilang kalo lo lagi fokus sama UAS??!!”
Yoni
nyengir.
“O my God,
Yonii... sekali inii aja lo dengerin apa kata kita. Ada waktunya belajar ada
juga waktunya mikirin urusan cinta lo.” Jean menambahkan. “Lo mau, temen-temen
ngira kalo lo.............”
“eit, apaan
sih!??? Gue masih normal kali girls! Udah deh, ngga usah ngomongin masalah
cinta di depan gue, Ok!” Yoni ngeloyor pergi.
“Yoniiii....!
udah siang! Kamu nanti telat!” seru mama dari ruang makan.
Yoni
terkejut dan langsung bergegas ke ruang makan. Semua mata menatap tajam ke
arahnya ketika ia duduk di kursi makan. Yoni Cuma bisa nyengir kuda menanggapi
tatapan-tatapan itu.
“lo tuh
bener-bener ya?! Selaluuu aja bikin gue kesel.” Omel Devan sambil geleng-geleng
kepala. “kalo lo kaya gini terus, gue bisa di skors!”
Ini dia
nih, sang kakak tercintanya Yoni. Devan Granaditya. Cowok paling cool di
SMAnya. Ngga ada yang percaya sama sekali kalo Yoni adiknya Devan. Yah, kalo
masalah fisik sih sama-sama cakep. It’s ok lah.. but, lain halnya sama urusan cinta. Devan si cowok
cool yang cewenya di sana-sini udah ngga asing lagi sama yang namanya cinta.
Sedangkan Yoni?? Cewe cuek yang suka bikin puisi ini malah susah banget kenal
cinta. Apalagi penyebabnya kalo bukan karena sikapnya yang cuek bebek sama
cowok?
“loh! Apa
hubungannya gue yang telat tapi lo yang di skors?” tanya Yoni berlagak cuek
sambil menyantap sarapannya.
“ya jelas
ada lah. Gara-gara lo telat, gue jadi ikut telat dodoooll! Udah tiga hari gue
telat gara-gara lo. Kalo sekarang gue telat lagi, gue terancam di skors! Kalo
kaya gini, image gue bakal turun di depan cewe-cewe.” Tegur Devan
meledak-ledak. Duarrrr! Seperti suara ledakan tangki Pertamina Cilacap. Ckck.
“Bi-Ou-Di-Ou...
bodo, emang gue pikirin!” umpatnya
sambil berlari ke pelataran rumah menjauhi jitakan kakaknya. “ayo cepetan!
Katanya ngga mau telat..”
“heeeuh!
Dasar! Kupret!” Devan keki melihat tingkah adik satu-satunya itu.
Mama dan
Papa hanya tersenyum sambil geleng-geleng kepala memperhatikan kelakuan
anak-anak mereka yang tak pernah akur.
@_@
Yoni
menginjakan kakinya di depan kelas setelah menerima omelan dari Mr. Roem-royem
yang terkenal dengan omelannya yang dahsyat dan panjang mengalahkan sungai Musi
gara-gara keterlambatannya. Ckck. Kini Yoni malah harus bersiap kena omelan
teman-temannya juga. Kakinya ragu untuk melangkah ke dalam kelas.
Beuh! Benar
saja. Begitu masuk kelas, teman-temannya langsung menyeretnya segera duduk dan
mulai membahas kembali problema cintanya yang tak kunjung terpecahkan.
.....
Yoni terus
berjalan sambil menyalip orang-orang yang berlalu lalang saat jam istirahat.
Krisa dan Jean tertinggal jauh di belakangnya sambil terus mengoceh untuk yang
kesekian kalinya. Mereka baru sadar kalo Yoni meninggalkan mereka. Akhirnya
yoni tertangkap dan segera di larikan ke tempat lain.
“e` e`h!
Mau kemana nih? Gue kan mau ke kantin! Gue laper girls!” kata Yoni sambil
memegangi perutnya yang mulai dangdutan.
“udah deh,
lo ngikut aja. Ngga ada salahnya lo nyoba.” Sahut Jean yang langsung membuat
Yoni meronta ingin melarikan diri. Tapi sayang, tangan Krisa dan Jean terlalu
kuat memegangi Yoni.
“kalian mau
nyuruh gue ngelakuin hal bodoh kaya kalian?” Yoni terus berusaha melepaskan
diri.
“Yonii, lo
ngga bakalan percaya kalo lo belum nyoba. Kita juga dulu gitu ya Jean?” Krisa
mencoba meyakinkan Yoni. Jean mengangguk. “tapi setelah kita nyoba, ternyata
itu bener. Buktinya gue ketemu sama Tony and sekarang gue langgeng sama dia.”
Mereka
sampai di taman sekolah. Krisa dan Jean langsung menyeret Yoni untuk berdiri di
atas taman rumput yang berbentuk lingkaran. Yonipun berhasil berdiri di dalam
lingkaran rumput itu.
“girls!
Dengerin gue! Sampe kapanpun gue ngga bakalan percaya sama mitos lingkaran
rumput ini! Cinta ngga mungkin datang Cuma karna lingkaran rumput ini. Ini
semua bulshit tau ngga?!” Yoni terus berteriak-teriak meyakinkan teman-temannya
yang menunggu di luar lingkaran rumput itu.
Yoni hendak
keluar dari lingkaran rumput itu tapi teman-temannya berhasil menghalau Yoni
hingga terduduk persis di tengah-tengah lingkaran rumput itu.
“dengerin
kita juga Yoni, ini bukan lingkaran rumput! Tapi ini lingkaran cinta.” Timpal
Jean menjelaskan. “please, kali ini aja. Kita janji deh, abis ini kita ngga
bakal nyuruh lo yang macem-macem lagi.”
Yoni
berdiri. “ok! Kalo itu mau kalian. Gue bakal buktiin kalo ini tuh Cuma
lingkaran rumput biasa, dan bukan lingkaran cinta kaya yang kalian maksud.”
Yoni segera
mengikuti apa yang pernah di arahkan oleh temannya itu. Ia harus mengelilingi
lima lingkaran rumput yang emang kalo diliat dari atas, susunan dari kelima
lingkaran rumput yang berbeda ukuran itu membentuk Love. Yoni segera keluar dari
lingkaran rumput itu setelah berhasil mengelilinginya. Ia rasa, ini adalah
tindakan yang paling bodoh selama hidupnya. Mitos yang benar-benar ngga masuk
akal.
@_@
Ih! Kayaknya temen-temen gue dah gila. Mereka
percaya gitu aja sama mitos itu. Padahal itu semua Cuma kebetulan yang berbaur
sama sugesti mereka tentang lingkaran cinta konyol itu. Yoni membatin sambil terus berjalan menuju
ruang guru untuk mengumpulkan tugas melukisnya. Mulutnya terus berkomat-kamit
membicarakan kelakuan teman-temannya yang aneh.
~~~prak~~~
Hasil
lukisannya terjatuh di lantai dan berpadu dengan pop ice coklat hingga memenuhi
kanvas yang telah ia lukis. Giginya gemeretak. Tangannya mengepal. Yoni
benar-benar marah setelah seseorang yang menenteng ice coklat tak sengaja
menabraknya.
“heh! Kalo
jalan tuh pake mata!!! punya mata ngga sih lo?” makinya sambil membelalakan
kedua matanya.
Orang itu
tersenyum sinis. “heh! Dimana-mana jalan ya pake kaki! Bukan pake mata! mikir
ngga sih lo? Makanya kalo mikir pake otak, jangan pake dengkul.” Balas orang
itu memaki.
“dasar
cowok kupret! Bukannya minta maaf malah ngata-ngatain! Liat nih lukisan gue,
semuanya ancur gara-gara lo!”
“heh,
semprul! Peduli amat.. toh itu bukan lukisan gue. Lagian lo juga ngga
hati-hati. Sooo, itu urusan lo ya! Minggir, gue buru-buru.” Sangkalnya sambil
ngeloyor pergi tanpa sedikitpun rasa bersalah.
“haissst!!
Dasar kupret! Awas lo! Lo harus tanggung jawab atas semua ini.” Ujar Yoni
sambil membereskan lukisannya.
@_@
Ini
adalah hari ke tiga setelah Yoni mengelilingi lingkaran rumput itu. Ia masih
bersikeras ngga percaya sama mitos burung itu. Ia terus mencari cara untuk
membuktikan bahwa mitos lingkaran cinta itu sama sekali tidak benar.
Yoni sibuk
mencari-cari novel yang bagus untuk tugas resensinya. satu rak sudah ia
melakukan searching. Ya elah, kaya
internet aja. Hihi. Petugas perpus sampe heran dibuatnya. Sampai di rak
terakhir. Yups! Dapet! Serunya lirih.
Judulnya “Love Adventure”. Ia hendak menarik novel itu, namun kalah cepat.
Sebuah tangan lebih dulu meraih novel itu. Yoni melirikan matanya secepat
kilat.
Dahinya
berkernyit. “ya ampun! Lo lagi lo lagi.... sial banget sih gue! Ketemu orang
nyebelin kaya lo!!!” Yoni kesal.
“whatever!
Terserah lo mau ngomong apa.” Jawab orang itu dingin sambil berjalan menjauhi
Yoni.
“heh,
kupret! Itu novel gue! Balikin ngga??” ancam Yoni.
“ambil aja
sendiri kalo berani!” tantang orang itu.
Yoni
berjalan cepat diantara rak-rak buku yang berjejeran. Ia hendak merebut
novelnya. Ia menarik kerah belakang seragam orang itu hingga orang itu
terpental ke rak buku di sebelahnya. Orang itu gerang. Namun, mereka melihat
rak yang tiba-tiba oleng. Yoni menjerit dan segera jongkok sambil melindungi
kepalanya dengan kedua tangannya. dannnnnn.......
~~~hyat!!~~~
~bruk~
Orang itu
menahan rak buku yang hampir saja menimpa Yoni. Namun tetap saja buku di
dalamnya berjatuhan menimpa Yoni. Semua orang di perpus melihat ke arah mereka.
Dengan segera petugas perpus langsung mengamankan Yoni dan orang itu.
Ternyata
petugas perpus itu adalah Mr. Haryogo guru bahasa Indonesia mereka.
“kalian ini
gimana sih? Kalo di perpus ya harus tertib! Eh, ini malah pada berantem sampe
rak buku jatoh segala.” Omel Mr. Haryogo lantang. “kamu lagi, Chiko! Harusnya
sebagai cowok kamu ngalah sama cewek. Jangan sama-sama ngeyel. Apa sih yang
kalian rebutin? Novel?” Yoni dan Chiko diam seribu bahasa. “ya ampun! Masalah
novel aja diributin. Kan banyak novel disini! Kenapa harus milih yang sama?!”
“tapi,
pak....” sangkal Yoni yang langsung di potong Mr. Haryogo.
“hah,
sudah-sudah! Kalian sama saja. Sebagai hukumannya kalian harus membereskan
buku-buku yang berjatuhan tadi ke rak seperti semula. Rapi dan sesuai type.
Sudah sana bereskan!” titah Mr. Haryogo tegas.
Chiko dan
Yoni hanya manyun dan segera membereskan buku-buku itu sambil sibuk saling
menyalahkan.
“bener-bener
apes gue kalo ketemu lo!” ujar Yoni sambil manyun.
“lo kira,
gue juga ngga apes ketemu lo??” kilah Chiko berbalik.
“dasar
cowo! Semuanya emang nyebelin! Ih...”
“heh!
Ngomong apa lo?”
“semua cowo
emang nyebelin kupreeeet...”
Chiko
kesal. Ia hendak menimpuk kepala Yoni dengan buku yang sedang ia bereskan.
Namun....
“ekhm!!!
Cieeeee.....!” goda teman-teman Yoni pada mereka.
Otomatis
tangan Chiko mengambang di udara. Ia urungkan niatnya untuk menimpuk Yoni
dengan buku. Ia mendengus kesal.
“apaan sih
kalian?!” sentak Yoni sewot.
“tuh kan
bener apa kata kita. Lo pasti dapet someone yang bakal menjadi seseorang yang
special di hati lo.” Kata Krisa semangat.
“heh! Ini
mah bukan special namanya... tapi sial! Parah!” Yoni terus mengelak.
“oy! Yang
ada gue yang sial ketemu lo! Cewe semprul!”
“dasar
kupret.. berani ya, lo ngomong gitu??!” Yoni bangkit dari jongkoknya dan lekas
mengejar Chiko sambil terus mengata-ngatai.
Krisa dan
Jean tersenyum melihat polah teman mereka. Mereka senang, setidaknya Yoni mulai
berurusan dengan cowo walaupun saling benci.
Yoni terus
mengejar Chiko hingga keluar perpus. Yoni kehilangan jejak Chiko. Kayaknya,
Chiko sembunyi dari kejaran Yoni.
“ah! Sial!”
Yoni kesal. Ia nampak terengah-engah. Iapun hendak kembali ke perpus. Namun,
saat ia berbalik tiba-tiba..
~jduk~
Cowo
terganteng di SMAnya (eit! Tapi bukan Devan loh!) tak sengaja menabrak Yoni
yang sontak terduduk di lantai. Yoni tertegun melihat cowo yang selama ini di
perbincangkan oleh teman-temannya. Tiga detik kemudian wajahnya kembali muram.
Alisnya mulai menegang. Dahinya berkerut.
“gimana
sih?!...”
“sorry!”
ucap Vito memotong kata-kata Yoni. Ia ulurkan tangannya untuk membantu Yoni
berdiri.
Yoni tak
menghiraukan bantuan Vito. Ia bergegas berdiri dengan usahanya sendiri. Ia
tepuk-tepukkan kedua tangannya untuk membersihkan kotoran yang menempel di
telapak tangannya.
“heh!
Makanya kalo jalan liat-liat. Jangan mentang-mentang cakep, jalan seenak jidat
lo aja.” Omel Yoni kemudian hendak pergi.
“ekhm.”
Dehem Vito sambil menarik lengan Yoni.
Langkah
Yoni terhenti dan kembali berhadapan dengan Vito sembari melepaskan tangan Vito
darinya. Lama Vito diam, memandang tatapan Yoni yang sepertinya tidak ada
ketertarikan padanya. Vito tersenyum begitu manis. Senyum yang selalu
meluluhkan hati cewe-cewe di sekolahnya.
“maaf,
bukannya tadi lo yang balik ngga liat-liat?!” senyumnya masih mengembang,
“tapi
kan...”
“op! Ya
udah deh, kita damai aja! Toh, kita sama-sama salah kan?! Deal!” Vito kembali
menjulurkan tangannya sebagai tanda persetujuan. Namun Yoni tetap saja tak
menghiraukannya.
“ih...”
Yoni ngeloyor pergi dengan mengabaikan permintaan damai Vito.
Vito heran.
Ia berbalik memandangi punggung Yoni yang semakin menjauh. Ia geleng-gelengkan
kepalannya. Menurutnya Yoni berbeda dengan cewe kebanyakan. Senyumnya kembali
mengembang. Iapun kembali berjalan seperti tujuan awalnya.
@_@
Terik
matahari siang itu benar-benar terasa membakar kulit Yoni yang langsat. Ia
kipasi dirinya dengan salah satu buku yang ditentengnya. Hari ini ia terpaksa
harus naik angkutan umum untuk pulang ke rumahnya. Devan tak bisa pulang dengan
Yoni karena ia harus mengantar pulang pacarnya. Yoni tampak BT dengan bau
kendaraan yang melintas di hadapannya. Di tambah dengan bis yang belum juga
nongol di depan hidungnya.
Lima belas
menit sudah ia menunggu. Halte masih ramai oleh siswa lainnya. Yups! Akhirnya
bis muncul juga. Yoni gegas berjalan menuju bis itu. Tapi sayang, calon penumpang
bis itu juga berjejalan untuk masuk ke bis. Yoni terdorong kesana-kemari. Huft!
Alhasil, buku-buku yang ditentengnya tersungkur di atas tanah. Itu membuatnya
harus memunguti buku-bukunya dahulu sebelum masuk bis. Namun, bis yang hendak
ia tumpangi melesat begitu saja dengan penumpang yang berjejalan. Ia
tertinggal. Terdengar suara dengusan napasnya. Kali ini ia benar-benar sendiri
di halte sekolah.
Deru motor
seperti mendekat ke arahnya dan berhenti persis di hadapannya. Cowo tiger itu
mulai membuka kaca helmnya dan tersenyum semanis mungkin. Yeah! Bingo! Ternyata
Vito si cowo keren itu.
“kayaknya...
bis selanjutnya bakalan lama deh! Mau nebeng?” tawar Vito berbasa-basi,
Lagi-lagi
Yoni mengerutkan dahinya. Ih! Bener-bener
bukan tipe gue banget deh! Ungkapnya membatin. Belum sempat ia menjawab,
matanya langsung tertuju pada cowo V-ixion yang hendak melintas di hadapannya.
“Chiko!”
seru Yoni sambil melambaikan tangannya.
Cowo V-ixion
itu spontan menghentikan laju motornya. Ia buka kaca helmnya. Aduh! Mampus gue! Gerutunya dalam hati.
“sorry ya!
Gue udah punya tebengan lain tuh! Thanks for asking.” Ujar Yoni sambil berlalu
dari Vito dan mendekati cowo V-ixion itu yang tak lain adalah Chiko.
“mau
ngapain lo manggil-manggil gue?!” tanya Chiko heran.
“ssssssst!
Berisik lo. Gue mau nebeng!” jawab Yoni tanpa rasa malu sedikitpun. Iapun
bergegas duduk di motor Chiko.
Vito
memandangi mereka dengan senyumnya yang masih menghiasi bibirnya. Different! Pikirnya dalam hati.
“e` e`h!
Mau ngapain lo?!” tanya Chiko setengah kaget.
“argh!
Berisik bawel!” sentak Yoni sambil menjoglo helm yang dikenakan Chiko. “buruan
jalan.. ntar gue jelasin!” bisiknya memerintah seperti pada supirnya.
Chikopun
melajukan motornya dan melesat jauh dari hadapan Vito. Ada rasa canggung yang menyerbu
Chiko. Bukan karena masalah hati, namun karena sikap mereka yang sebelumnya
memang tidak akrab sama sekali. Kecanggungan itu justru timbul karena mereka
saling membenci satu sama lain. Kini mereka malah berboncengan dan mungkin bisa
di bilang sok akrab padahal mah enggak.
“maksud lo
apa sih, pake nebeng gue segala? Kita kan beda arah!” tanya Chiko memecah
kecanggungan di antara deru mesin motor.
“aduh,
eng.. sorry ya! Abis tadi gue kepepet. Gue ogah kalo harus boncengan sama si
Vito.”
“kenapa? Si
Vito kan cakep, tajir pulaa. Cuma cewe bego yang ngga tertarik sama Vito!”
“jadi,
secara ngga langsung, lo ngatain gue bego?”
“ya, itu
sih Cuma asumsi gue aja. Secara dia cowo perfect gitu.”
“heh,
menurut gue, cowo pefect belum tentu baik. Udah ah, lo niat nganterin gue
ngga?”
“oy! Dari
awal, gue emang ngga niat ngeboncengin lo! Lo nya aja yang maksa. Gue turunin
lo di halte pertigaan depan. Cari bis aja, gue ogah nganterin lo. Lagian kita
kan beda arah.”
“huh, dasar
pelit!”
Chiko
semakin melambatkan laju motornya. Dan berhenti persis di depan halte
pertigaan. Ia menunggu Yoni turun dari motornya. Namun, Yoni belum juga mau
turun. Yoni malah memperhatikan dua pemuda berwajah sangar yang duduk di halte
itu. Seperti preman. Brrr... ia bergidik.
“cepetan...
mau turun ngga? Udah sore nih, gue banyak tugas di rumah, semprul!” omel Chiko
menyuruh Yoni turun.
Yoni
menatap kedua pemuda di halte yang juga menatapnya bengis.
“lo yakin
mau nurunin gue disini?” tanya Yoni ragu dengan kening berkerut.
Chiko
melihat ekspresi Yoni dari spion motornya. Cemas, takut, mungkin ada di pikiran
Yoni.
“ya iya
lah. Udah sana, cepetan turun!”
Yonipun
akhirnya turun dengan ragu. Duh, meskipun
gue benci banget sama si Chiko, tapi kali ini gue bener-bener butuh belas
kasihannya. Gue ngga peduli deh dia mau ngatain apa, yang jelas gue berharap
dia mau nganterin gue. Duuuh, gue harus gimana kalo si Chiko tetep ngga mau
nganterin gue? Trus gimana nasib gue di antara preman-preman ini! Yoni
sibuk mengoceh dalam hati.
Kini Yoni
benar-benar menginjakan kedua kakinya di halte itu. Ia masih berdiri dekat
dengan Chiko yang belum melajukan motornya. Chiko menatap ke arahnya kemudian
ia deru motornya dan mulai belok ke pertigaan menuju rumahnya.
Yoni
mencoba menjauh dari preman-preman itu. Tapi sepertinya preman-preman itu malah
semakin mendekat ke arahnya. Kaki Yoni bergetar hebat. Rasanya berat untuk di
bawa jalan. Jantungnya mulai berdegup kencang. Chiko... lo bener-bener tega sama gue! God, please help me!”
Sebuah
motor berhenti persis di depan halte. Si pengendara membuka kaca helmnya dan
melihat ke arah Yoni yang sedang ketakutan.
“Vioni! Ayo
cepet naik! Gue anterin lo pulang!”
Yoni
mendongak ke arah pengendara itu. Matanya berbinar. “Chiko! Akhirnya lo balik
juga.” Iapun bergegas naik ke motornya Chiko.
Chiko cepat
menderu motornya menjauh dari preman-preman itu.
“lo ngga
papa kan?” tanyanya sedikit khawatir.
“untung lo
balik, coba kalo ngga?! Gue ngga tau deh peristiwa apa yang bakal menimpa gue!
Mungkin besoknya gue bakal muncul di koran dengan Headline siswa SMA di rampok dan di mutilasi. Hiii... amit-amit!”
“hust!
Ngomong asal nyemplung aja lo. Jangan mikir yang ngga-ngga deh! Yang penting lo
sekarang selamat, kan!”
“yeah!
Mungkin gue hutang nyawa nih sama cowo kupret kaya lo! Hee... but, thank’s
ya?!”
“hmm”
Yoni sampai
di depan rumahnya setelah menjadi penunjuk jalan bagi Chiko. Ia lega karena akhirnya ia tak jadi masuk
koran gara-gara peristiwa yang tidak diinginkannya.
“sekali
lagi thanks ya! Oh ya! Jangan mentang-mentang lo tau rumah gue, lo jadi pengin
main ke rumah gue. Jangan harap deh. Begitu lo main ke rumah, secepat kilat gue
bakal ngusir lo dari rumah gue.” Oceh Yoni memperingatkan.
“yeeee!
Siapa juga yang mau main ke rumah lo? Ge-eR!”
“yah, bagus
deh kalo gitu. Udah sana pergi!” usir Yoni.
“dasar cewe
semprul!” Chiko lekas tancap gas dan berlalu dari hadapan Yoni. Apa sih maunya tu cewe? Tadi baik, sekarang
balik lagi juteknya. Aneh. Dasar semprul! Chiko terus membatin sepanjang
jalan.
@_@
0 comments:
Post a Comment
Let's Leave a Comment Politely, Friends! ^_^