I Will Run to Get back My Monkey Love
The Last Part
The Last Part
Diketik dan direkayasa ulang dari FTV Siang SCTV
oleh: Julia Puspitasari
Salsa terbangun. Ia mengucek-ngucek matanya. Setelah penglihatannya
jelas, ia mendapati Nisa sudah tidak ada di tendanya. Terdengar suara gaduh
diluar. Iapun membuka resleting tendanya dan melongok keluar. Ternyata hari sudah siang. Ia terlambat bangun
mungkin karena saking capenya atas kejadian semalam.
Anak-anak peserta kemah berteriak-teriak histeris menyaksikan lomba
tarik tambang antar kelompok pagi itu. Semua saling meneriakan yel-yel semangat
untuk mensuport teman-teman mereka yang sedang bertanding. Dika hanya
memandangi mereka sembari meniupi telapak tangannya yang lecet karena lomba
tarik tambang tersebut.
Ia tidak menyesali atas luka ditelapak tangannya. Karena ia telah
berhasil memenangkan perlombaan tersebut. Kini giliran lomba antar regu cewek.
Dika mengamati setiap cewek yang berkumpul disana. Ia tidak melihat Salsa
disana. Si cewek energik yang biasanya berteriak paling keras ditambah
pelototannya jika ada hal yang mengejutkan. Ia melihat ketenda Salsa. Ternyata
Salsa ada disana. Salsa memandang kearah Dika sambil memamerkan senyum. Dika
yang merasa terpergok mencari Salsa, langsung memalingkan wajah, kembali
melihat perlombaan.
Setelah mencuci muka dan gosok gigi, Salsa berjalan menghampiri
Dika. Ia berniat melihat perlombaan itu sambil duduk dibatang pohon disebelah
Dika. Ketika sampai disana, tanpa basa-basi Salsapun duduk disamping Dika.
“Hai.” Sapa Salsa.
”kenalin, gue Salsa. Lengkapnya Salsabila Anggia Putri.” Ia menjulurkan tangannya kehadapan Dika yang sedari tadi mencoba berpaling darinya. Salsa mencoba mengenalkan dirinya kembali. Dan menganggap mereka baru akan saling mengenal hari ini. Namun, Dika tidak merespon Salsa sama sekali. “kenapa diem? Gue boleh kan jadi temen lo?” tetap tidak ada respon dari Dika. ”oke. gue anggap kita udah kenalan. Dan sekarang kita temenan.” Seru Salsa tak memperdulikan sikap acuhnya Dika.
”kenalin, gue Salsa. Lengkapnya Salsabila Anggia Putri.” Ia menjulurkan tangannya kehadapan Dika yang sedari tadi mencoba berpaling darinya. Salsa mencoba mengenalkan dirinya kembali. Dan menganggap mereka baru akan saling mengenal hari ini. Namun, Dika tidak merespon Salsa sama sekali. “kenapa diem? Gue boleh kan jadi temen lo?” tetap tidak ada respon dari Dika. ”oke. gue anggap kita udah kenalan. Dan sekarang kita temenan.” Seru Salsa tak memperdulikan sikap acuhnya Dika.
Merekapun terdiam. Dika terus mencoba meniupi tangannya yang luka. Salsa yang langsung
mengetahuinya segera pergi meninggalkan Dika. Ia pergi mengambil betadin dan
semua peralatan P3K yang dibutuhkan untuk mengobati luka Dika. Salsa kembali
dengan menenteng kotak P3K.
Ia mulai membuka tutup alcohol dan meneteskan alcohol kekapas. Ia
langsung menarik tangan Dika. “luka ini
kalo dibiarin bisa-bisa infeksi nantinya.” Ujarnya tiba-tiba sambil mengobati
luka ditelapak tangan Dika.
Dika terkejut, kemudian memandang Salsa yang sedang mengobati
lukanya. “ngga usah sok tau deh lo!” sahut Dika akhirnya bersuara. Ia
membiarkan Salsa mengobati lukanya.
“ terserah lo kalo ngga percaya. Walaupun gue bukan PMR, tapi gue
cukup tau masalah beginian.”
Dika tetap diam. Terus memperhatikan cara-cara Salsa mengobati
lukanya. Telaten, perhatian, sigap. Itulah Salsa yang ia kenal, masih seperti
dulu. Hanya parasnya yang berubah. Cantik tapi sederhana.
“Ca, gimana kakinya? Udah mendingan?” sapa Rendy yang langsung
menghampiri Salsa dan Dika.
“yaaa, lumayan laah. Ternyata lo berbakat jadi tukang pijit ya?”
canda Salsa.
“ah, payah. Ngga juga. Eh, Dik. Kok tangan lo baru diobati
sekarang?”
“biasaaa.. anak manja kalo ngobatin sendiri ngga mau.” Sergap Salsa
yang langsung membuat dahi Dika berkerut.
“maksud lo?” Tanya Dika tak terima disebut anak manja.
Salsa tidak menanggapi Dika. Setelah selesai mengobati luka Dika,
Salsapun segera berdiri menghampiri Rendy. “yuk, Rend. Kita kesana.” Menarik
Rendy menjauh dari Dika.
Semua acara perkemahan telah usai. Semua peserta kembali kerumahnya
masing-masing. Begitu sampai dirumah, Salsa langsung menceritakan semua
kejadian selama di perkemahan kepada Liera sahabatnya. Salsa juga bercerita
tentang sikap Dika yang tak ingin mengenalnya lagi.
“lo ngga malu terus-terusan dicuekin sama dia?” Tanya Liera
menanggapi cerita Salsa.
“kenapa harus malu? Toh gue Cuma pengen temenan sama dia.” Jawab Salsa sambil menggerak-gerakan jarinya
di atas tangga nada keyboardnya.
“trus kalo sampai si Rio emang bener-bener ngga mau temenan lagi
sama lo gimana?”
“yaaaa, kita liat aja nanti. May be… I will run to get back my monkey love.” Jawab salsa santai.
~ting-tong~
Terdengar dering bel rumahnya. Liera dan Salsa saling menatap.
“jangan-jangan…. Itu Rio.” Ujar Liera menduga-duga.
“halaaah, ngga mungkin. Kalo beneran itu Rio, gue berani deh makan
brownis ini sampe habis, kalo perlu sama piring-piringnya.” Sanggah Salsa menantang
sembari menunjuk ke sepiring brownis diatas meja keyboardnya. Iapun langsung
berjalan menuju pintu. Ia mulai memutar gagang pintu.
Tampak seorang cowok berdiri membelakangi pintu. Salsa mengerutkan
dahinya.
“ekhm! Siapa ya?” sapa Salsa.
Cowok itu berbalik dan langsung memeluk Salsa. “Rio?!” Tanya Salsa
terheran-heran.
“Nggi, nyokap gue..” ujar Rio sambil terisak menangis dengan masih
memeluk Salsa.
“nyokap lo kenapa, Yo?” Tanya Salsa simpati.
“nyokap gue masuk UGD gara-gara gue bentak dia. Jantungnya lemah.
Gue takut dia kenapa-kenapa. Gue juga takut bayi dalam kandungannya
kenapa-napa. Ini semua salah gue, Nggi.” Rio diam sejenak. “gue kesini, karna gue tau. Cuma elo yang
bisa ngertiin gue.”
“trus, lo udah ke Rumah sakit?”
“belum. Gue ngga sanggup, Nggi. Gue ngerasa bersalah. Padahal selama
ini dia selalu berusaha jadi nyokap yang baik buat gue. Tapi, tololnya gue ngga
ngerti juga.” Curhat Dika panjang lebar.
“iya, lo emang tolol!” gertak
Salsa yang langsung melepaskan pelukan Dika.
“tunggu apa lagi?? Kita harus segera kesana, Rio.” Salsa langsung
menyuruh Dika masuk ke mobil dan menjalankan mobilnya.
*****
Dika keluar dari ruang Butterfly dimana tempat ibunya dirawat. Ibunya
dan janin yang dikandungnya selamat. Wajah Dika kini terlihat cerah. Rona
kebahagiaan menghiasi dirinya saat itu. Ia telah meminta maaf kepada ibunya. Ia
juga menyesali sikap dan perbuatannya selama ini. Dan kini Dika berjanji akan menerima
ibu tirinya seperti ibu kandungnya sendiri.
“gimana, Yo?” Tanya Salsa khawatir.
“mereka selamat. gue seneng banget.” Jawabnya dengan sumringah.
“hmmm…. Now, beranikah ANDA kembali menjadi seperti yang dulu?”
goda Salsa menantang perubahan sikap
Dika.
“jawabanyaa….. besok. Yu, sekarang gue anter lo pulang.” Dika
menggandeng tangan Salsa menuju ke parkiran dimana mobilnya diparkir.
*****
Pagi yang indah. Matahari tidak malu lagi menampakan senyumnya.
Sinarnya kembali seperti semula. Terang, cerah. Diiringi siulan riang
burung-burung di pagi itu. Salsa tengah duduk di kursi taman dimana tempat ia
bertemu kembali dengan Rio setelah sepuluh tahun. Ia memandangi setiap
pejogging yang hilir mudik di depannya.
“ekhm.. hai.” Sapa seseorang. Salsa mendongak kemudian tersenyum.
“kenalin, gue Rio. Lengkapnya Mahardika Rioshan Rahandi. Lahir pada tanggal 17
Agustus 1992. Tepat disaat peringatan hari kemerdekaan Indonesia. So, gue
diberi nama Mahardika.” Jelas Rio sambil menjulurkan tangan kehadapan Salsa.
panjang lebar memperkenalkan dirinya kembali persis seperti ia memperkenalkan
dirinya pada Anggi sepuluh tahun yang lalu. “kalo lo?”
Salsa tersenyum kemudian menjabat tangan Rio. “hai. Gue Anggi.
Lengkapnya Salsabila Anggia Putri. Gue diberi nama Salsabila supaya kelak gue
bisa jadi putri pembawa ortu gue ke surga. N supaya gue selau jadi penyejuk
seperti air sungai dan air terjun di surga. gue lahir pada tanggal 3 September
1993.” Jelasnya panjang lebar yang juga persis seperti sepuluh tahun yang lalu.
Hanya terdapat pergantian kata “aku” menjadi “gue”.
“boleh kan gue jadi temen lo lagi?”
“emmmm.” Salsa tampak berpikir sejenak. “boleh. Tapi………………..
sanggupkah anda kembali seperti yang dulu?” sahut Salsa sambil menahan tawa.
“saya berjanji.” Ujar Dika sambil menyimpan tangan Salsa di dadanya.
“saya siap kembali menjadi seperti yang dulu lagi.”
Keduanya saling diam. Kemudian mereka tertawa lepas menertawai
tingkah laku mereka sendiri. “dasar Mahardika Rioshan Rahandi oon.” Ledek Salsa
kemudian berlari.
Dika mengejarnya sambil berteriak. “dasar Salsabila Anggia Putri
tikus kecil sok beraniiii..”
Semuanya kini telah kembali seperti semula. Sikap Dikapun menjadi
sehangat dulu. Mereka kembali berteman seperti dulu. Namun, masalah cinta…..
mereka tidak buru-buru memikirkannya. Hanya persahabatan yang mereka butuhkan sekarang.
Jika memang suatu saat nanti tumbuh benih-benih cinta diantara mereka. Yaaa..
itulah takdir.
THE END
0 comments:
Post a Comment
Let's Leave a Comment Politely, Friends! ^_^