Dia Dia Dia
oleh: Julia Puspitasari
Pagi ini cuaca benar-benar tidak bersahabat. Langit yang mendung ditambah hujan yang lumayan deras. Namun semua itu bukanlah hal yang penting, yang terpenting bagiku sekarang adalah aku harus sampai di sekolah sebelum bel masuk berdering. Kuterobos derasnya hujan dengan deruan motorku yang melesat kencang. Hampir 85km/jam. Jempol kiri ku telah bersiaga di tombol klakson. Sering kali kubunyikan klakson sebagai isyarat agar mereka si pengguna jalan tidak menghalangi jalanku. Egois memang. Yah, apa boleh buat.
Aku tak peduli
baju seragamku basah. Namun yang kusayangkan hari ini adalah hari senin. Dimana
semua siswa SMA mengenakan seragam putih abu-abu. Dan ini yang menjadikan
kekhawatiranku. Ketakutanku kalau-kalau seragam OSIS dan kerudungku terciprati
air hujan yang sudah tercampur dengan kotornya aspal. Biasanya truklah yang
sering mengibaskan air-air itu hingga seragamku kotor dan sontak membuatku
dongkol. Tapi beruntunglah, kali ini aku belum menemui truk.
Aku semakin
dengan sekolah. Hanya tinggal beberapa
ratus meter. Ah, sial! Selalu saja
seperti ini! Gerutuku dalam hati begitu jalan sudah tertutup oleh palang
kereta api. Motorku berhenti persis di belakang palang. Kulihat melalui kaca
spionku, motor dan mobil sudah mengantri di belakangku. Aku terus menggerutu
dalam hati. Sudah lima menit aku dan pengendara lainnya menunggu. Namun lok
keretapun belum juga terlihat dari kejauhan. Kekesalanku semakin membuncah. Aduuuuh! 3 menit lagi bel! Ujarku lirih
sambil menatap arlojiku. Senin, piket, upacara, seragam basah, telat, fisika
pula. Ah! Aku benci hari senin. Semua
itu menjadi sumber kegelisahanku. Terdengar suara klakson kereta yang begitu
memekakkan telinga. Fiuh! Aku
menghambuskan napas lega. Ku deru motorku secepat mungkin ketika kereta berhasil
melintas dari hadapanku.
Aku hampir
sampai. Tinggal 100 m. Ku tengkep rem tiba-tiba. Suara decitan rem begitu
jernih di pendengaran. Sebuah motor hendak menyebrang dari arah kiriku ketika
aku melaju kencang. Untunglah aku segera mengerem motorku. Jantungku berdetak
cepat. Antara kaget, takut, kesal. Semua membuncah menjadi satu. Aku meringis
ingin segera ku maki pengendara motor itu.
“woi! liat-liat
dulu dong kalo mau nyebrang!” aku bersungut-sungut memaki dengan menaikkan satu
alisku.
Kulihat pengendara
itu terdiam sejenak. Entah sedang menyusun kata-kata untuk balik memakiku atau
mentertawaiku. Entahlah! Wajahnya juga tertutup kaca helm. Yang kulihat hanya
perawakannya yang seperti laki-laki. Ia
buka kaca helm yang menutupi wajahnya. Aku terpaku seketika. Ternyata,
pengendara itu memang laki-laki. Warna kulit sawo matang tapi manis.
“eh, ade
kecil! Yang salah itu siapa? Kan gue udah pake righting. Loe aja yang buru-buru ngga jelas sampe ngga liat motor yang dah pake righting mau nyebrang.” Ujarnya balas memaki.
!!!!!????!!!!!
wah parah! gue di bilang ade kecil???
Mungkin
wajahku merah sekarang. Tapi, gue ngga
peduli! harus tetep ngotot kalo dia
salah. Batinku ngotot. “yeee! Situ juga liat dulu dong kalo mau nyebrang.
Meskipun udah pake righting tapi kan lo
liat ada motor yang ngebut.” Elakku tak mau kalah.
“udah deh,
sekarang udah hampir jam tujuh. Mau sekolah kan??? Ntar telat lagi. Udah sana! Gue
juga mau kerja” ujarnya malah mengingatkanku.
Oh My God! Aku hampir saja lupa kalo aku
harus sampai di sekolah sebelum bel. Untung saja orang itu mengingatkanku.
“iiiih! Bilang
aja ngga mau debat!” timpalku sambil kemudian menderu motorku. Padahal aslinya emang gue yang ngga mau debat. Takut kalah debat. Ckck!
Aku tersenyum sepanjang jalan.
@_@
Aku terus
membayangkan kejadian tadi pagi. Kesal, BT, tapi ada lucunya juga. Hiihi..
aku terkikik geli sendiri. Walaupun aku sampai di sekolah tepat bersamaan
dengan bel berdering ditambah kena semprotan teman-teman karena aku belum
piket, yaaah, senin kali ini tak seburuk biasanya. Tapi, itu semua tak mengubah
pandanganku tentang hari senin. Aku tetap membenci hari senin.
“Neeeeeng....
Askya!” panggil mama ku tiba-tiba.
“iya, mah...”
sahutku masih sambil menompang dagu dan terduduk manis di tempat tidurku.
“bantuin mama
di warung yuk?” pinta mama memelas. “mama kerepotan nih, ngelayanin sendiri.”
“em.....” aku
berpikir sejenak. “boleh deh, dari pada bengong ngga ada kerjaan.” Jawabku
setuju pada permintaan mama.
Yah, beginilah
mama. Mama ikut membantu Papa menafkahi keluarga dengan membuka usaha sendiri.
Walopun hanya warung makan kecil, tapi hasilnya bisa membantu Papa memberi
makan keluarga. Mama memang selalu memintaku untuk membantunya di warung.
Padahal itu alasan supaya aku menemaninya. Sekedar teman bicara. Tapi sebagai
anak, aku harus mengerti apapun yang diinginkan orang tua. Apalagi mama. Mama
adalah inspirator terbesarku untuk meraih cita-citaku.
Aku sibuk
membantu mama melayani pembeli. Satu-persatu pembeli mulai membawa bungkusan
makanan mereka yang sudah di bayar. Ada juga yang makan di tempat.
“ma, aku ke
belakang dulu ya? Kebelet... heee!” ujarku sambil meringis menahan pipis.
“ya udah,
sana.” Jawabnya sambil melayani pembeli.
Lima menit
kemudian aku keluar dari kamar mandi. Huh, plong. Aku kembali ke depan membantu
mama. Warung sepi kembali. Aku dan mama berbincang di tengah panasnya suhu hari
ini. Benar-benar gerah. Mama bercerita tentang ditemukannya dompet di meja
warung ketika mama membereskan piring-piring yang kotor. Mama tak berani
membuka dompet itu. Akhirnya ia putuskan untuk menyimpan dompet itu sampai
pemiliknya kembali untuk mengambil dompet itu.
@_@
Aku terus
mempermainkan jemariku di atas keypad
hp. Aku terus membalasi koment-koment di facebook. Ada seorang komentator yang
membuatku benar-benar dongkol. Mungkin niatnya hanya bercanda, tapi itu sama
sekali tidak lucu.
Askya
C-jutexmaniez
Tuhan, kirimkan aku seseorang
yang bisa membimbingku menjadi lebih baik.
6 menit yang lalu.
Suka. Hapus.
Anda, Trias
Queen dan 12 lainnya menyukai ini.
Doin Dion Edol
Bkan m’bimbing lebih baik tpi
lebih jutexx... cewe jutex mang da yg mau?
4 menit yang lalu.
Suka.
Hapus.
Askya C-jutexmaniez
Ih, songong! Kalo jodoh mah g
bkl kmna, g pduli jutex taw pa. Kya u cwo baik ja... :-@
2 menit yang lalu
Suka.
Hapus.
Doin Dion Edol
Dsar cwe jutex pntr ngmong.
Ngtot lg,
1 menit yang lalu.
Suka.
Hapus.
Askya C-jutexmaniez
Bodo! Dr pd cwo songong sok
pnter!
Baru saja.
Suka.
Hapus.
Aku terperanjat begitu melihat mama yang membuka pintu kamarku
tiba-tiba. Raut mama tampak cemas. Kemudian ia segera duduk di sampingku. Ia
menjelaskan panjang lebar. Masih perihal pemilik dompet yang belum juga
mengambil dompetnya. Mama khawatir memegang dompet itu lama-lama. Padahal ini
sudah dua hari dari kejadian. Mama memintaku untuk mencari kartu nama di dompet
itu dan kemudian menghubungi pemiliknya jika terdapat nomor yang bisa
dihubungi.
Kubuka dompet itu perlahan tapi pasti. Aku tak berani mengintip uang
yang ada di dalamnya. Aku hanya mencari-cari apa yang di pinta mama. Aku baru
menemukan KTP pada lipatan pertama. Namanya Kharisma Andion Putra. Usianya 21
tahun. Ternyata pemiliknya cowok. Hmmh. Kusimpan kembali KTP itu. Kemudian
kubuka lipatan kedua. ATM, credit card,
bla bla bla.. aku tak berrani melihatnya. Langsung saja kubuka lipatan
terakhir. Akhirnya... aku menemukan kartu namanya. Yup, disitu ada nomor hpnya.
“ada Neng?” tanya mama begitu melihatku menemukan kartu nama itu. Aku
hanya memperlihatkannya pada mama. “ya udah, langsung telepon aja.”
Aku menggaruk-garuk kepalaku yang tidak gatal. Keraguan muncul di
benakku. Dengan malas ku tekan digit demi digit angka yang tertera di kartu
nama. Hmh, RBTnya pecinta wanita dari Irwansyah. Lama belum juga ada jawaban.
Beberapa detik kemudian kudengar salam dari seberang sana. Suaranya lembut tapi
seperti orang pilek. Rasa gerah menghantuiku tiba-tiba. Suhu seperti menaik
drastis.
“Wa’alaikumsalam.. eng,, betul ini dengan...” aku berhenti sejenak melihat
nama di karu nama itu. Ku ulangi kata-kataku. “betul ini dengan Kharisma Andion
Putra?” tanyaku pelan tapi pasti.
“ya betul. Ini siapa trus ada apa ya?”
Gila! Ni orang ngga ngerasa kali
dompetnya ilang.. orang kehilangan dompet ko santai gini. “ini.... em...
mama saya nemuin dompet...”
“oh.. iya-iya.. makasih, dimana
nemuinnya?” sergahnya tiba-tiba memotong pembicaraanku.
“di warung. Langsung aja datang ke warung Saturday jalan Ahmad Yani
nomor 45 sebelah kantor polisi.” Ujarku jutek. Aku memang selalu kesal jika
seseorang memotong pembicaraanku sebelum aku selesai bicara. Ku matikan
sambungannya sebelum orang itu kembali menjawab.
Aku hendak menyimpan kartu nama itu kembali saat kulihat kertas foto
menyempil di belakang sebuah kertas bertuliskan I will Always Love You. Aku penasaran. Siapa tau itu foto pemiliknya. Ku urungkan niatku untuk menyimpan
kartu nama itu di atas tulisan I will
Always Love You.ku ambil foto yang tersembunyi itu di dengan mata mebidik.
Sontak mataku terbelalak. Hah? Aku terdiam seketika sambil terus memandangi
foto itu. Wajah perempuan yang ada di foto itu seperti aku. Tapi mana mungkin? Aku kan ngga kenal orang
ini. Tapi... siapa cewe ini? Ko wajahnya mirip aku sih? Ngga ngga ngga ngga
mungkin.. kusimpan kembali foto beserta kartu namanya di dompet.
@_@
Sebuah motor berhenti persis di samping warung mama. Aku dan mama sibuk
melayani satu persatu pembeli. Seseorang berseru meminta seporsi somay dan es
jeruk. Aku mencoba membuatkannya. Kuantarkan ke meja dimana orang itu memesan.
Tapi parahnya aku tidak mengetahui orang yang berada di meja mana yang memesan tadi.
Kulihat satu persatu meja sudah terisi oleh pesanan. Hanya ada satu meja yang
belum terisi pesanan. Mungkin itu kali.
Terkaku mengira-ngira.
Kulihat orang itu sibuk memainkan hpnya. Aku hanya melihat punggungnya.
Aku berjalan mendekat hendak menaruh pesanan ini di meja, namun mtaku lagi-lagi
terbelalak ketika tak sengaja melihat profil facebook yang sedang ia buka. Yup,
itu profil miliknya. Doin Dion Edol. si
cowok songong sok pinter itu??
Ku letakan pesanannya dengan kasar. Hingga suara benturan piring dan
mejanya membuat orang-orang melihat ke arah kami.
“santai dong mba... loh! lo kan yang waktu hujan naik motor ngebut
itu!” dahinya berkernyit persis seperti dahiku yang juga berkernyit. Kami
terdiam dan saling pandang.
“oooh, jadi lo! Pantesan gue ngerasa ngga asing sama lo. Lo juga kan
yang nama fbnya Doin Dion Edol?” tanyaku nyolot.
“Askya!” bentak mama padaku.
“oo, jadi lo Askya si cewe jutex itu!! Ya ya ya..” ujarnya sambil
mengangguk-angguk dengan dahi berkernyit.
“eng... ini nak Haris anaknya Pa Gunadin ya?” tanya mama pada orang
itu. Mama tampak senang begitu melihat orang itu.
“ko....” dia tampak berpikir. “tante Dena ya? Ya ampun! Tante yang
punya warung ini?” ujarnya semangat.
“syukurlah kamu masih ingat. Kamu kenal Askya anak tante? Ini loh As,
yang papa bilang cocok sama kamu.” Mataku melotot selebar mungkin begitu
mendengar perkataan mama.
“ini anak tante yang dulu tante ceritain? Ko sifatnya beda sama tante
ya? Haha, ia aku kenal tan. Ia kan As?” tanyanya Sok Kenal Sok Dekat. “jadi
gini tan, dompetku....”
Begitu mendengar kata dompet, aku langsung berlari mengambil sesuatu di
laci. Kemudian memberikannya pada orang itu. “jadi ini dompet lo juga?” tanyaku
jutek.
“wah, iya bener!” jawabnya sumringah.
“kenapa foto gue ada di situ?” ujarku sambil berkacak pinggang.
“yee, GR! itu foto mantan gue yang udah meninggal.” Sangkalnya sambil
tersenyum menatapku tajam.
??????????!!!!!!!!!!?????????
Si pengendara, Doin Dion Edol, Kharisma Andion Putra, Haris...
Harisaaan kali! Ckckck. ternyata satu
orang yang aneh, songong, sok pinter pula. Iiihh... jadi, cowo ini juga yang sering papa mama ceritain plus promosiin ke
gue??? Boro-boro cocok! Liat mukanya aja bawaannya dah naik darah mulu. Mana
gue dimirip-miripin sama mantannya yang udah meninggal lagi!!! Wah...
bener-bener parah!! Parah parah parah!
Kini, yang ku bisa hanya geleng-geleng kepala memperhatikan
kebetulan-kebetulan aneh yang terjadi. Kesal memang.. tapi mama bilang ini
jodoh. Hah! Tapi, lumayan lah. Sebagian
dari dirinya masuk kriteriaku, mungkin hanya sifatnya yang sama sekali tak
sesuai dengan kriteriaku.ckck. jadi
ikut-ikutan aneh deh gue!
The End Oleh : Julia
Puspitasari
0 comments:
Post a Comment
Let's Leave a Comment Politely, Friends! ^_^