I Will Run to Get back My Monkey Love Part 2
Diketik dan direkayasa ulang dari FTV Siang SCTV
oleh: Julia Puspitasari
...................
Salsa panik begitu ia melihat jam waker di kamarnya. Ia segera
bangkit dari tidurnya dan bergegas masuk kamar mandi. Ia mandi dengan beribu
kepanikan yang menyerbunya. Setelah usai mandi iapun langsung menyiapkan segala
kebutuhan dan perlengkapan Campingnya. Yupz, hari ini adalah jadwal camp
persahabatan itu.
Salsa begitu takut ketinggalan bisnya. Selain itu juga ia takut
tidak bisa bertemu dengan Rio. Sesampainya di sekolah ternyata benar, bisnya
memang baru akan melaju meninggalkan salsa.
“Oh My God! Oiiiiii… Tungguin gueee!!!” teriak salsa sambil berlari
mengejar bis.
Ketika bis berhenti ia tak mau menyia-nyiakan waktu lagi. Ia
kemudian naik dan langsung menghadap guru pembimbing untuk meminta maaf atas
keterlambatannya. Semua orang memperhatikannya. Mereka terkikik begitu melihat
Salsa. Begitupun dengan guru pembimbingnya.
“sudah! Sana cari tempat duduk yang kosong.” Perintah guru
pembimbingnya sambil masih terkikik geli melihat Salsa.
“makasih bu.” Ujar Salsa sambil memperhatikan teman-temannya yang
sedang mentertawakannya. “orang-orang pada kenapa sih? Gila apa ya? Emang ada
yang salah sama penampilan gue hari ini? Ah, bodo! Mungkin mereka iri sama
penampilan gue hari ini.”
Salsapun berjalan mencari tempat duduk yang kosong di bis. Akhirnya
ia mendapatkan tempat duduk dan langsung duduk disamping seorang cowok yang ia
duga dari Sekolah lain.
“Dika?!” Salsa membelalakan matanya ketika mendapati yang duduk di
sebelahnya ternyata Dika.
“heh! Minni mouse, ngapain lo duduk disini?” bentak Dika semakin
dipertegas.
“yeee, kan Cuma tempat ini yang kosong. Lo liat aja sendiri tuh,
semua kursi udah penuh kecuali ini, dodoool!” sahut Salsa balas membentak.
“lo tuh yang dodol, kalo masih mau mandi sana turun aja!” kata-kata
Dika membuat Salsa terheran-heran.
“maksud lo?” ia membelalakan matanya lagi.
“tuh, dikepala lo!” jawabnya singkat kemudian memalingkan muka dan
kembali mendengarkan music lewat headsetnya.
Setelah mendengar apa yang Dika tunjuk, Salsapun langsung mengambil
benda yang masih menempel di kepalanya. Oh
My God! Ini kan penutup kepala kalo mau mandi supaya rambut ngga basah!!
Aaaaargh.. gila-gila! Jadii.. dari tadi mereka ketawa-ketawa tuh karena ngeliat
gue kaya gini??? Duuuh, malu-maluin banget sih. Dengan segera ia
memasukannya kedalam ranselnya. Salsa diam seribu bahasa karena merasa malu
kepada teman-temannya dan Dika.
*****
Mereka sampai di lokasi camping. Dan
langsung berkumpul mengikuti arahan guru pembimbing. Semua anak
mendengarkan amanat guru pembimbing dengan baik.
“nah, anak-anak! Kita sudah sampai di lokasi. Disini saya dan bu
Fatma berharap kalian bisa meningkatkan rasa solideritas kalian pada teman
kalian.” Titah pak Andre kepada mereka.
“iya, sekarang ibu akan membagi kalian kelompok untuk mendirikan
tenda.kelompok yang ibu bentuk adalah gabungan dari dua sekolah.” Tambah bu
Fatma sebagai pembimbing wanita di perkemahan ini. “kelompok pertama, Surya,
Ratih, Tina, Adji, Ramon. Kelompok kedua, Ayu, Kiki, Feni, Rizky, dan shandy.
Kelompok tiga, Dika, Aryo, Nisa, Rendy, dan Salsa.” Sebut bu Fatma satu persatu, bu Fatmapun
meneruskan menyebut nama-nama lain sampai 30 kelompok.
Nisa begitu bahagia mendengar dirinya bisa sekelompok dengan Dika.
Ia langsung berjingkrak-jingkrak memeluk Salsa yang sedari tadi hanya diam.
“sa, lo ngga seneng apa kita sekelompok sama Dika?” Tanya Nisa
sambil senyam-senyum.
“gue sih seneng-seneng aja, coz dengan gitu gue bisa dengan mudah
nyatuin kalian.” Jawab Salsa datar.
“waaah, lo emang pengertian banget deh sama gue.” Timpal Nisa sambil
merangkul Salsa.
“heh! Kerja dooong! Jangan ngobrol terus.” Bentak Dika
memperingatkan mereka.
“iya-iya, ini juga mau kerja oon.” Sahut Salsa jutek.
“ya udah, cepetan! Tuh runcingin bambu itu sampe 20 centi.”
“eh, lo gila ya? Masa ngeruncingin bamboo aja harus sampe 20
centi???!” bentak Salsa tidak terima.
“iya, Dik. Lagian Salsa kan cewek. Lo punya perasaan lah dikit. Itu
kan tugasnya cowok.” Timpal Rendy teman satu kelompoknya.
“dia banci kali!” celetuk salsa membuat Dika langsung memandangnya
lekat. Rahangnya menguat. Giginya gemeretak. Terlihat sekali bahwa Dika tidak
terima dengan apa yang Salsa ucapkan.
“udah-udah, Ca. liat tuh, tampangnya serem gitu.” Lerai Nisa yang
sudah mencium gerak-gerik kemarahan Dika.
Salsa langsung mengerjakan apa yang diperintahkan Dika. Sedangkan
Nisa hanya disuruh mencari bebatuan. Salsa kesal dengan kelakuan Dika yang
seenaknya. Ia melampiaskan kekesalannya dengan menyayat-nyayat bamboo dengat
pisau. Rendy yang memang sudah naksir dari pertama kali melihat Salsapun merasa
iba dan tidak tega jika ia membiarkan Salsa meruncingkan bambu itu sendiri.
Sementara ia tahu bahwa itu adalah tugasnya sebagai cowok.
Rendy mendekati Salsa kemudian meminta tugasnya untuk diambil alih.
“sini, biar gue aja yang ngerjain ini. Lo nyari batu-batuan aja sama Nisa.” Pintanya
kepada Salsa.
“ya ampun Rendy, lo baik banget sih. Tapi, emang lo ngga papa?”
Salsa merasa terharu dengan sikap Rendy. “ya udah deh, gue disini aja ya,
nemenin lo. Siapa tau ada yang bisa gue bantu.”
“terserah lo deh kalo gitu. Gue sih seneng kalo lo mau nemenin.” Rendy tersenyum.
Mereka saling pandang. Rendypun terus menyayat bamboo tanpa
memperhatikan sayatannya. Rendy seperti terbius melihat senyuman salsa yang
ditujukan padanya.
“aw!” rintih Rendy yang tanpa sengaja tangannya tergores oleh pisau
yang ia pakai untuk menyayat bamboo.
“kenapa Rend?” Salsa ikut panic melihat darah yang mengocor dari
jari telunjuk Rendy.
Semua orangpun melihat kearah mereka. Dika, Aryo dan Nisapun
menghampiri mereka. Dika terlihat kesal begitu mengetahui Rendy yang
mengerjakan tugas Salsa.
“tuh kan, apa gue bilang. Coba kalo si salsa aja yang ngerjain ini.
Kan lo ngga bakalan kaya gini.”
Salsa Gerang, iapun berdiri kemudian menghadap Dika. “eh, justru ini
semua gara-gara lo. Coba kalo lo ngga nyuruh gue ngeruncingin bamboo ini, pasti
Rendy juga ngga bakal ngambil alih pekerjaan ini dari gue. Asal lo tau ya,
rendy tuh ngerasa kalo dia cowok. Jadi dia ngerjain apa yang emang seharusnya
dia kerjain. NGGAK KAYA LO!!” Umpal Salsa benar-benar marah.
“heh, tikus! Lo ngga ada hak ya ngomong gitu sama gue!”
“heyyy! Siapa elo, ngheh? Gue emang punya hak.. kenapa engga? Lagian
apa yang gue bilang itu benerkan? Mahardika Rioshan Rahandy!” Salsa balik membentak
Dika sambil mempertegas nama panjang Dika yang memang adalah Rio.
Dika mengerutkan dahinya. Ia merasa heran karena Salsa mengetahui
nama panjangnya yang lengkap. Sementara teman-teman sekolahnyapun hanya mengetahui
bahwa namanya adalah Mahardika.
“Ca, yang lo maksud Mahardika Rioshan Rahandy itu siapa?” Tanya Nisa
dan Aryo serempak.
Semua diam. Termasuk teman-teman mereka yang lain yang sedang
mendirikan tendapun ikut diam melihat kejadian ini.
“DIA!” jawab Salsa sambil memajukan jari telunjuknya kedepan muka
Dika.
“udah-udah, gue ngga papa kok.” Ujar Rendy yang mulai melerai
pertengkaran itu. “Ca, mending lo bantuin ngobatin luka gue yuk.” Tambah rendy
sembari menarik Salsa menjauh dari TKP. Salsa hanya menurut dengan tetap diam
tak bersuara lagi.
Salsa melangkah pergi semakin menjauh. Dika terus berpikir keras
tentang siapa sebenarnya Salsa yang bisa-bisanya mengetahui nama lengkapnya.
Iapun menyadari bahwa ia memang pernah mengenal Salsa sebelumnya. Dika
melangkah pasti mengikuti arah Salsa dan Rendy.
Dika berhenti. “ Salsabila Anggia Putri!” panggil dika dengan
mantap. Salsapun berbalik dan kemudian menatap Dika dari jauh. Dalam hatinya ia
senang, ternyata Dika kini sadar siapa sebenarnya dirinya. Salsa masih diam.
“TIKUS KECIL SOK BERANI!” ujar Dika sembari menengadahkan jari tengahnya
keatas.
Salsa benar-benar keki begitu mendengar sebutan masa kecilnya. Tanpa
membalas ocolan Dika, salsapun pergi diikuti dengan Rendy. Salsa dan Rendy
sampai di tempat P3K. Dengan cekatan Salsa segera mengobati luka Rendy.
“sorry ya, Rend. Gue tau, ini semua gara-gara gue.” Kata Salsa
menyesal.
“ah, ngga papa kok. Gue
bakalan lebih ngga tega lagi kalo lo yang kesayat.” Jawab Rendy
meluapkan perhatiannya pada Salsa. “ gue juga ngga habis pikir, kok si Dika
berani banget ya nyuruh lo ngerjain itu?! Oh ya, kok lo bisa tau sih, nama
lengkapnya Dika. Sedangkan gue aja yang temen sekelasnya Cuma tau kalo namanya
tuh Mahardika. Lengkapnya tadi apa ya?”
“Mahardika Rioshan Rahandy.” Jawab Salsa BT. “fiuh!” membuang napas.
“dulu Rio tuh emm.. Monkey Love gue.” Tambahnya lesu.
“hah?!!! Jadi.. Dika monkey love lo? Dan lo manggil dia Rio??” Tanya
Rendy kaget.
“yaah, gitu lah.”
“kok kalian bisa jadi jauh gitu sih?”
“udahlah.. panjang banget kalo diceritain.. sepanjaaaangg keretaaa!”
canda Salsa sambil merentangkan kedua tangannya hingga mengenai Rendy.
Merekapun tertawa bersama.
Dika berniat ingin memberikan obat antiseptic kepada Rendy, namun
niatnya ia batalkan ketika ia melihat Salsa dan Rendy bercanda dan tertawa
bersama. Segera ia berbalik menuju tendanya.
“Sialan!” ujar Dika setelah sampai di tenda. Ia lempar obat
antiseptic yang tadinya akan ia berikan kepada Rendy. Tanpa ia sadari obat itu
mengenai kepala Aryo.
“lo kenapa sih, Dik? Nih, liat, obat yang lo buang nimpuk kepala gue
tau??!” Tanya Aryo sambil memberikan
obat itu kepada Dika.
“argh..!” Dika melempar kembali obat yang diberikan Aryo. Aryo hanya
bisa mengerutkan dahinya. Kemudian ia mengambil obat yang dilempar Dika. Dika
hendak merebutnya kembali namun Aryo langsung memasukannya ke saku celananya.
“heh! Ini penting buat peralatan P3K selama camping ooooon.” Sentak
Aryo.
“ngapain lo manggil gue pake sebutan oon segala?”
“yaaa, gue Cuma ikut-ikutan si Salsa aja. Hee, cz kedengerannya enak
banget gitu manggil oon. Peace maaan!” jawab Aryo sambil mengacungkan jari
telunjuk dan jari tengahnya sebagai tanda damai.
“huh! Kenapa sih, Salsa, Salsa, dan Salsaaaa terus yang dibahas.”
Timpal Dika yang kemudian pergi keluar tenda.
Aryo hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah laku Dika yang aneh.
bersambung........................
bersambung........................
0 comments:
Post a Comment
Let's Leave a Comment Politely, Friends! ^_^