13 October 2013

What Should I do? (Huznudzan is the answer)



Bismillahirrahmaanirrahiim...

Entah apa yang harus kulakukan saat dunia mulai menyerangku dengan ketidaknyamanan hidup. Astaghfirullah... Betapa tidak bersyukurnya aku. Begitu naif, terkadang luapan emosi sesaat mampu meluluh lantahkan hatiku. Seringkali aku hanya bisa menangis atas emosi yang tak mampu kubendung. Bukan emosi yang membabi buta, melainkan emosi yang mampu mengorek hatiku untuk terus memikirkannya. Tersinggung, misalnya. 

Jalan kehidupan memang tak semulus yang aku kira. It’s never Flat atau tidak rata. Masalah diri sendiri seperti ketidak percayaan diri, keluarga, lingkungan masyarakat bahkan pekerjaan. Untuk dapat menempuh tujuan hidup ku memang tak secepat merebus mie instan. Perlu proses yang amat panjang dengan lika-liku yang berbeda dan tak kunjung henti. Dari situlah sebenarnya aku harus bersabar. Ya, bersabar. Mudah sekali aku mengucapkan kata sabar. Tapi praktek lebih sulit dibandingkan dengan teorinya. Aku tau, tidak ada batasan kesabaran. Dan yakin bahwa Rabb ku hanya ingin melihat bagaimana aku mengatasi berbagai masalahku melalui kata sabar. Sulit. Hanya tetesan bening dari mataku yang kurasa kian merambah ketika kesabaranku mulai melemah. 


Ketidakpercayaan diri juga bisa saja membuatku jatuh tertimpa derita dan kesedihan. Bahkan aku sempat bersu’udzan pada diriku sendiri. Astaghfirullah... aku tak mampu mengatakan ini. Saat aku mulai menghadapi berbagai tuntutan baik secara langsung maupun tidak langsung. Tuntutan pekerjaan yang terkadang membebani. Atau lebih dari itu, yakni tuntutan orang tua yang mampu mengombang-ambing psikologisku. Astagfirullah... ampuni aku Ya Rabb. Terkadang aku merasa sakit dan perih ketika aku harus berpura-pura mengerti dan terdiam atas tuntuan mereka. Mungkin aku salah mengatakan ini sebagai tntutan, lebih tepatnya mungkin ini sebuah harapan dari orang tua untuk anaknya. Ya. Orang tua. Akupun juga berharap aku bisa melakukan apa yang mereka katakan, apa yang mereka inginkan. Mulai dari membahagiakan mereka dengan kasih sayang lah, dan terutama materi. Ya Rabb, aku tahu materi bukanlah segalanya. Jujur, aku juga ingin hidup tanpa banyak tuntutan itu.  Mereka terlalu mengharapkan sesuatu dengan terburu-buru. Seringkali aku kewalahan dengan ketergesa-gesaan itu yang menjadikanku minder menghadapi kenyataan hidup. Aku harap mereka bisa bersabar menanti kesuksesanku kelak tanpa harus membuatku merasa terburu-buru.
Mereka selalu bilang aku harus bersabar. Tapi kenapa mereka selalu memburu-buruiku untuk mendapatkan sesuatu yang mereka harapkan itu. Ya Allah, Ya Allah, Ya Allah. Berilah aku kekuatan serta kesabaran yang tak ada batasnya. 


Akhir-akhir ini, saat keterpurukkan itu mulai muncul kembali hanya satu yang kuingat. Rabbku menunjukkanku kenyataan yang mungkin takkan pernah bisa terbayangkan oleh orang-orang seusiaku  .
Astaghfirullah.... Jelas seperti sinetron kehidupanku ini. Tapi aku yakin, Rabb ku telah membuat skenario yang indah dalam kehidupanku. Dengan rencana yang tak akan pernah mampu ku duga. Yakinku pula, bahwa semua ini akan indah pada waktunya.

Ya Allah, mampukan aku untuk terus menjadikan agamaMu sebagai tameng kehidupanku. Mampukan aku agar aku tetap bersandar padaMU dan menjadikanMU satu-satunya tempatku berteduh dan mengadu. Mampukan aku untuk selalu menjadikan RasulMU sebagai tauladanku dan kitabMU sebagai pedoman hidupku. Mampukan akuuntukterusmenimbakesabarandarisetiaplikuhidup yang menerpaku. Dan mampukan aku juga untuk dapat terus berhusnuzan padaMU, pada diriku sendiri, dan pada orang-orang disekitarku..

Amin Ya Rabbal ‘Alamiin.

2 comments:

  1. jujur isi cerita ini mewakili satu-satunya beban yg aku punya...dan
    Bisa jadi ini adalah Beban umum yg selalu dipikul oleh sebagian besar anak terhadap orang tuanya.

    ReplyDelete
  2. he'eh, setiap anak seringkali resah dengan tuntutan yang sebenarnya adlah sebuah harapan dari orang tuanya. butuh kesabaran dan pengertian lebih untuk menghadapi situasi seperti ini. bahkan terkadang kita pengen banget ngejelasin ke mereka kalau kita juga butuh waktu untuk memenuhi semua yang mereka harapkan. tapi anehnya, kalo Jul mah kebanyakan ngomongnya dalam hati. sulit buat ngomong langsung. takut salah ucap yang akhirnya bikin mereka tersinggung..

    ReplyDelete

Let's Leave a Comment Politely, Friends! ^_^