Ngerasa kuperkah kalian?? (Jul antusias sambil
ngangguk sendiri, hee)
Sebelumnya pasti readers tau dong kepanjangan dari
'Kuper'! Nih, buat yang belum tau, Jul kasih tau deh.. ckck, kuper teh
singkatan dari 'kurang pergaulan' atuh.. hehe, nah, sekarang tau kan??!
Well, berhubung Jul juga ngerasa kuper so Jul share aja deh artikel ini
just for you, gals! :)
Remaja yang punya sifat tertutup cederung kurang
pergaulan dan sulit eksis di lingkungannya. Ternyata dengan SMS dan chattiing
bisa meningkatkan kemampuan bersosialisasi pada remaja kuper.
Studi yang dilakukan tim peneliti dari Israel yang
termuat dalam journal Computers in Human Behavior menunjukkan bahwa chatting
dan SMS-an secara rutin dapat memberi manfaat bagi remaja, terutama yang
karakteristiknya cenderung tertutup.
"Temuan kami menunjukkan bahwa chatting antara
remaja yang introvert dan rekan-rekannya dapat meredakan emosi dan
berkontribusi terhadap kesejahteraan psikologisnya," ungkap salah satu
peneliti seperti dilansir dari healthland, Selasa
(4/9/2012).
Studi ini pun senada dengan temuan sebelumnya yang menunjukkan
bahwa orang-orang yang diminta berbicara dengan orang asing secara langsung
atau online memperlihatkan perbaikan mood yang cukup signifikan.
Sedangkan orang yang mengobrol dengan teman-temannya
dilaporkan lebih merasa dekat ketika mengobrol secara online (chatting)
dibandingkan jika hanya berkomunikasi secara langsung.
Lalu mengapa komunikasi digital mampu memberikan efek
yang lebih baik daripada berkomunikasi secara langsung (face to face)?
Alasannya bisa dibilang cukup rumit tapi mungkin ada
kaitannya dengan fakta bahwa saat chatting, pengguna dapat mengendalikan
ekspresi kesedihan dan emosi lainnya tanpa perlu menunjukkan elemen emosional
seperti air mata yang bisa mendorong munculnya rasa malu atau ketidaknyamanan.
Lagipula fitur yang ada pada akun chatting memberikan
perasaan aman bagi pengguna sehingga mereka merasa nyaman saat berbagi dan
mendiskusikan perasaannya yang terdalam bahkan paling rahasia sekalipun, baik
kepada orang asing maupun teman-temannya sendiri.
Selain itu, peneliti menemukan bahwa partisipan yang
karakteristiknya tertutup memiliki tingkat stres dan kesedihan yang lebih
tinggi dibandingkan partisipan yang karakteristiknya cenderung lebih terbuka.
Meski begitu para orangtua tetap harus waspada dengan
adanya predator online seperti pedofilia yang ingin memanfaatkan keterbukaan
dan kerentanan pengguna yang masih muda dan polos. Salah satunya dengan
memonitor kontak teman-teman si anak di akun online dapat meminimalisir ancaman
yang mungkin dihadapi si anak.
0 comments:
Post a Comment
Let's Leave a Comment Politely, Friends! ^_^