Hujan. Cuaca yang cukup mengundang kontroversi. Tidak hanya segelintir orang yang berpendapat bahwa hujan itu membosankan. Berbagai alasan mereka utarakan. Mulai dari ngga bisa pergi kemana-mana lah, dingin lah, takut kilat lah, padahal mau berangkat kerja, padahal mau sekolah, bahkan ada juga alasan yang sering digunakan oleh para kaum ibu yakni “takut jemuran nggak kering”. Beberapa orang bahkan terpaksa harus membatalkan janji atau acaranya karena hujan. MasyaAllah. Padahal begitu banyak Rizki yang Allah limpahkan kepada kita melalui hujan. Tidakkah kalian melihat tanda-tanda
kebesaran Allah melalui sepercik air hujan?
“Dan diatara tanda-tanda (kebesaran)Nya, Dia memperlihatkan kilat kepadamu untuk (menimbulkan) ketakutan dan harapan, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu dengan air itu dihidupkannya bumi setelah mati (kering). Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang mengerti.” (QS. Ar-Rum : 24)
Maka, nikmat Rabbmu yang manakah yang kamu dustakan?
Well, dari situlah akupun mulai menikmati hujan. Tapi bukan karena aku ikut-ikutan Edward Cullen yang suka hujan juga loh. Aku kembali terpaku di beranda rumah sambil menikmati hujan yang mulai mereda. Jalanan sepi, basah sepenuhnya oleh hujan. Aku tersenyum seketika. Melihat segerombolan anak kecil yang menari dengan riangnya di bawah guyuran hujan. Tawa mereka begitu tulus menikmati hujan. Bahkan mereka masih mengenakan pakaian Diniyah mereka. Tak bisa kupungkiri, tingkah mereka mengingatkanku pada masa kecilku. Ya. Aku pernah melakukan hal yang sama seperti anak-anak itu. Menari di bawah guyuran air hujan. Tanpa beban. Subhanallah.
“Adee............. Awasss!!!!” aku terperanjat seketika. Sebuah motor melaju kencang menerobos hujan menyerobot segerombolan anak yang tengah bermain di tengah jalan. Aku bangkit dari dudukku. Hendak menghampiri anak-anak itu. Namun si pengendara berhasil menghentikan motornya sebelum motornya benar-benar menabrak salah satu anak. Remnya berdecit keras. Alhasil ia sedikit menyerempet lengan salah satu dari segerombolah anak itu.
Ku ambil payung sambil kemudian melangkah mendekati TKP. Ingin rasanya kumaki si penyerempet itu. Tapi aku tetap berusaha tenang.
Bersambung....