5 September 2012

Ngerasa Kuper? SMS+chatting Solusinya!



Ngerasa kuperkah kalian?? (Jul antusias sambil ngangguk sendiri, hee)
Sebelumnya pasti readers tau dong kepanjangan dari 'Kuper'! Nih, buat yang belum tau, Jul kasih tau deh.. ckck, kuper teh singkatan dari 'kurang pergaulan' atuh.. hehe, nah, sekarang tau kan??!
Well, berhubung Jul juga ngerasa kuper so Jul share aja deh artikel ini just for you, gals! :)
Remaja yang punya sifat tertutup cederung kurang pergaulan dan sulit eksis di lingkungannya. Ternyata dengan SMS dan chattiing bisa meningkatkan kemampuan bersosialisasi pada remaja kuper.

Studi yang dilakukan tim peneliti dari Israel yang termuat dalam journal Computers in Human Behavior menunjukkan bahwa chatting dan SMS-an secara rutin dapat memberi manfaat bagi remaja, terutama yang karakteristiknya cenderung tertutup.

"Temuan kami menunjukkan bahwa chatting antara remaja yang introvert dan rekan-rekannya dapat meredakan emosi dan berkontribusi terhadap kesejahteraan psikologisnya," ungkap salah satu peneliti seperti dilansir dari healthland, Selasa (4/9/2012).

Studi ini pun senada dengan temuan sebelumnya yang menunjukkan bahwa orang-orang yang diminta berbicara dengan orang asing secara langsung atau online memperlihatkan perbaikan mood yang cukup signifikan.


Sedangkan orang yang mengobrol dengan teman-temannya dilaporkan lebih merasa dekat ketika mengobrol secara online (chatting) dibandingkan jika hanya berkomunikasi secara langsung.

Lalu mengapa komunikasi digital mampu memberikan efek yang lebih baik daripada berkomunikasi secara langsung (face to face)?

Alasannya bisa dibilang cukup rumit tapi mungkin ada kaitannya dengan fakta bahwa saat chatting, pengguna dapat mengendalikan ekspresi kesedihan dan emosi lainnya tanpa perlu menunjukkan elemen emosional seperti air mata yang bisa mendorong munculnya rasa malu atau ketidaknyamanan.

Lagipula fitur yang ada pada akun chatting memberikan perasaan aman bagi pengguna sehingga mereka merasa nyaman saat berbagi dan mendiskusikan perasaannya yang terdalam bahkan paling rahasia sekalipun, baik kepada orang asing maupun teman-temannya sendiri.

Selain itu, peneliti menemukan bahwa partisipan yang karakteristiknya tertutup memiliki tingkat stres dan kesedihan yang lebih tinggi dibandingkan partisipan yang karakteristiknya cenderung lebih terbuka.

Meski begitu para orangtua tetap harus waspada dengan adanya predator online seperti pedofilia yang ingin memanfaatkan keterbukaan dan kerentanan pengguna yang masih muda dan polos. Salah satunya dengan memonitor kontak teman-teman si anak di akun online dapat meminimalisir ancaman yang mungkin dihadapi si anak.

0 comments:

Post a Comment

Let's Leave a Comment Politely, Friends! ^_^